Jumat 27 Oct 2023 18:11 WIB

Li Keqiang, Tokoh Reformasi Cina Pendukung Pasar Bebas

Mantan PM Cina Li Keqiang dikenal sebagai salah satu perwakilan sayap reformis.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri China Li Keqiang berbicara pada sesi pembukaan Kongres Rakyat Nasional China (NPC) di Aula Besar Rakyat di Beijing, Minggu, 5 Maret 2023.
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Perdana Menteri China Li Keqiang berbicara pada sesi pembukaan Kongres Rakyat Nasional China (NPC) di Aula Besar Rakyat di Beijing, Minggu, 5 Maret 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Mantan Perdana Menteri Cina Li Keqiang yang meninggal dunia akibat serangan jantung pada Jumat (27/10/2023) dikenal sebagai salah satu perwakilan sayap reformis. Pada tahun 2020 ia sempat memicu perdebatan mengenai kemiskinan dan kesenjangan pendapatan saat mengatakan 600 juta penduduk Cina hanya mendapatkan 140 dolar AS per bulan.

Beberapa intelektual dan kelompok liberal elite Cina mengungkapkan keterkejutan mereka mendengar Li meninggal dunia. Di aplikasi kirim-pesan WeChat mereka mengatakan Cina kehilangan mecusuar ekonomi liberal, beberapa mengatakan kematian Li menandakan berakhirnya era pendukung ekonomi pasar bebas di perpolitikan Cina.  

Baca Juga

"Li mungkin dikenang sebagai pendukung pasar yang lebih bebas dan bagi mereka yang kekurangan, tapi ia akan paling dikenang dengan apa yang mungkin bisa terjadi," kata pakar ilmu politik Australian National University Wen-Ti Sung.

Sementara itu dosen Lee Kuan Yew School of Public Policy, Alfred Wu mengatakan, "Jenis orang seperti ini sudah tidak ada lagi diperpolitikan Cina." Wu mengatakan Li kurang berpengaruh dibandingkan perdana menteri Cina sebelumnya, Zhu Rongji dan Wen Jiabao.

"Dia dikesampingkan, tapi apa lagi yang bisa dia lakukan? Itu sangat sulit baginya, dengan kendala yang dia hadapi di bawah pemerintahan Xi," kata Wu

Pengamat politik independen Cina, Adam Ni menggambarkan Li sebagai "seorang perdana menteri yang tidak berdaya ketika Cina mengambil keputusan yang sangat menyimpang dari reformasi dan keterbukaan".

Profil Li yang dirilis pada tahun 2014 di media Cina kembali viral setelah berita kematiannya diumumkan. Media pemerintah memujinya sebagai "seorang pemecah tembok yang tenang dan tangguh." Artikel itu menekankan keras dan kegigihannya dalam mendorong reformasi ekonomi.

Kebiasan Li mendatangi ke lokasi bencana dan ramah saat berbicara dengan masyarakat biasa juga disorot di media Pemerintah Cina.

Beberapa pengguna media sosial menyebut lagu berjudul "Maaf, bukan kamu", yang merujuk pada Xi. Lagu tersebut menjadi viral saat kematian mantan Presiden Jiang Zemin pada November tahun lalu sebelum disensor.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement