Selasa 05 Mar 2024 20:34 WIB

Geng Bersenjata Mencoba Kuasai Bandara Utama Haiti

Berbagai geng kekerasan kini menguasai hingga 80 persen ibu kota Haiti.

Ilustrasi. Geng bersenjata bentrok dengan polisi dan tentara Haiti di depan Bandara Internasional Toussaint Louverture pada Senin (4/3/2024).
Foto: EPA-EFE/JEAN MARC HERVE ABELARD
Ilustrasi. Geng bersenjata bentrok dengan polisi dan tentara Haiti di depan Bandara Internasional Toussaint Louverture pada Senin (4/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Geng bersenjata berusaha menguasai bandara internasional utama Haiti pada Senin (4/3/2024) dalam serangkaian serangan terbaru. Termasuk serangan yang menyebabkan pelarian massal narapidana dari dua penjara besar.

Geng bersenjata tersebut bentrok dengan polisi dan tentara di depan Bandara Internasional Toussaint Louverture. Ketika serangan terjadi, bandara ditutup tanpa ada pesawat yang beroperasi atau penumpang di lokasi.

Serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah anggota geng bersenjata menyerbu dua penjara terbesar di negara itu. Mereka berhasil membebaskan lebih dari 3.800 narapidana.

Pihak berwenang langsung segera memerintahkan pemberlakuan jam malam. Pemerintah mengatakan akan berusaha melacak narapidana yang kabur melarikan diri, beberapa di antaranya dituduh melakukan pembunuhan dan penculikan.

Pertempuran terjadi di tengah ketidakhadiran Perdana Menteri, Ariel Henry, yang berada di Kenya untuk menyelesaikan rincian pengerahan 1.000 petugas polisi Kenya untuk mengambil kembali kendali negara tersebut. Tidak ada kepastian apakah Henry akan kembali ke Haiti karena semakin meningkatnya risiko keamanan di negara tersebut.

Mantan petugas polisi dikenal sebagai Barbecue, Jimmy Cherizier, kini menjadi pemimpin geng yang kuat. Dia mengatakan, tujuannya adalah mencegah kembalinya Henry.

Setidaknya sembilan orang telah terbunuh, Kamis (29/2/2024), termasuk empat petugas polisi. Haiti telah bergulat dengan gelombang kekerasan geng dalam beberapa tahun terakhir, yang diperburuk dengan pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada tahun 2021.

Berbagai geng kekerasan kini menguasai hingga 80 persen ibu kota Port-au-Prince. Mereka meneror orang melalui pembunuhan, penculikan, dan pemerkosaan yang tiada akhir.

Kepolisian nasional Haiti, menurut PBB, memiliki sekitar 9.000 petugas untuk memberikan keamanan bagi lebih dari 11 juta orang. PBB memperkirakan sekitar 15 ribu orang terpaksa meninggalkan tanah air mereka akibat gelombang kekerasan terbaru.

Amerika Serikat menyarankan warganya untuk sesegera mungkin meninggalkan Haiti. Dan, Kanada akan menutup sementara kedutaannya.

sumber : Antara/Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement