Rabu 06 Mar 2024 09:04 WIB

Jerman Hadapi Pertanyaan Sulit Soal Kebocoran Rapat Militer

Pertanyaan mengenai kebocoran rapat tersebut semakin menumpuk.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Kanselir Jerman Olaf Scholz menghadiri sesi Bundestag Jerman di Berlin, Jerman, (5/7/2023).
Foto: EPA-EFE/FILIP SINGER
Kanselir Jerman Olaf Scholz menghadiri sesi Bundestag Jerman di Berlin, Jerman, (5/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pemerintah Jerman menyalahkan seorang peserta rapat perwira militer Angkatan Udara Jerman yang dibocorkan media Rusia pekan lalu untuk berlindung dari serangkaian kritikan. Pertanyaan dari dalam dan luar negeri mengenai kebocoran rapat tersebut semakin menumpuk.

Di parlemen, Bundestag, partai oposisi Demokrat Kristen menggelar penyelidikan khusus mengenai masalah ini. Anggota partai berkuasa, Demokrat Sosial (SPD) bereaksi acuh tak acuh pada gagasan tersebut.

Baca Juga

"Oposisi memiliki hak untuk menggelar penyelidikan komite, namun demikian, kita harus menunggu penyelidikan dan penjelasan dari jaksa penuntut umum, Bundeswehr (Angkatan Bersenjata Jerman) dan lembaga-lembaganya," kata ketua kelompok SPD di Bundestag, Rolf Mutzenich seperti dikutip dari Deutsche Welle, Selasa (5/3/2024).

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan masalah ini "sangat serius" dan berjanji menyelidiki sampai tuntas. Menteri Pertahanan Boris Pistorius memperingatkan perilisan rekaman audio yang turut membahas aspek taktis rudal jelajah Taurus bagian dari perang informasi yang dilancarkan (Presiden Rusia Vladimir) Putin.

"Ini serangan hibrid yang bertujuan menyebar informasi palsu, memecah belah, merusak persatuan kita," katanya pada wartawan. Persatuan itu sudah berada di bawah tekanan. Saat Ukraina kesulitan menahan pasukan Rusia di garis depan bantuan Barat tampaknya tertahan. Sekutu-sekutu Barat saling menyalahkan satu sama lain siapa yang bertanggung jawab dan apalagi yang perlu dilakukan.

Scholz menyebut Jerman negara yang paling banyak memberikan bantuan ke Ukraina di Eropa. Meski pernyataan itu benar dalam angka tapi tidak dalam ukuran Produk Domestik Bruto (PDB). Prancis yang merupakan satu-satunya kekuatan nuklir di Eropa memberikan bantuan lebih sedikit tapi lebih berkualitas. Prancis dan Inggris sudah mengirimkan rudal jelajah ke Ukraina.

Scholz bersikeras Jerman tidak akan mengubah posisinya. Baru-baru ini ia mengatakan rudal jelajah Jerman membutuhkan pasukan Jerman untuk memasukan data targetnya. Menurutnya hal itu akan membawa Jerman terlibat langsung dalam perang di Ukraina.

"Perilaku Scholz menunjukkan, dalam hal keamanan Eropa, ia orang yang salah, di pekerjaan yang salah di waktu yang salah," kata mantan menteri pertahanan Inggris Ben Wallace pada surat kabar The Standard, baru-baru ini.

Pejabat pertahanan Barat lainnya menyatakan keprihatinannya politik Scholz menghalangi strategi yang lebih besar. "Selain menimbulkan pertanyaan bagaimana rapat perwira militer dapat bocor saya pikir hal ini juga mengungkapkan ketegangan antara perwira senior Jerman yang ingin rudal Taurus dikirim, dan kanselir Jerman yang tampaknya semakin fokus pada kelangsungan hidup politiknya daripada apa yang terbaik untuk benua," kata mantan ketua komite pertahanan parlemen Inggris Tobias Ellwood, kepada BBC Radio 4.

Kebocoran pekan lalu hanya bukti terbaru dari serangkaian panjang penyimpangan dan kerentanan keamanan Jeramn. Kasus-kasus yang diduga membocorkan informasi sensitif termasuk badan intelijen asing, BND, dan Bundeswehr.

"Mengingat intensitas mata-mata Rusia terhadap Jerman dan negara lain, mereka mungkin belum mengetahui apa pun yang belum mereka ketahui," kata Ellwood. "Tapi itu tidak mencegah beberapa percakapan serius yang terjadi di koridor diplomatik antara Jerman dan Inggris, dan tentu saja NATO, tentang mengapa hal ini terjadi," tambahnya.

Jerman menderita defisit kepercayaan sejak awal, mengingat sejarah persahabatannya dengan Rusia dan kurangnya anggaran pertahanannya. Kedua posisi itu harus berbalik arah setelah Putin menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

"Saya ragu banyak sekutu yang terkejut Rusia memata-matai percakapan pejabat militer Jerman. Dan mereka mungkin tidak terkejut bahwa Jerman terkejut, yang memberi tahu Anda semua yang perlu Anda ketahui tentang posisi Jerman dalam aliansi," kata kepala departemen hubungan internasional University of St Gallen, James Davis.

"Ini hanya menegaskan keyakinan yang tersebar luas Berlin mengabaikan kemampuan militer Jerman dan sangat naif dalam hal kemampuan dan niat Moskow," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement