Ahad 24 Mar 2024 18:12 WIB

Israel Lanjutkan Serangan ke Rumah Sakit al-Shifa

Lima orang Palestina yang terluka dan terjebak di al-Shifa meninggal tanpa makanan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Warga Palestina yang terluka akibat serangan Israel saat menunggu bantuan kemanusiaan di pantai Kota Gaza dirawat di Rumah Sakit Shifa pada Kamis, (29/2/2024).
Foto: AP Photo/Mahmoud Essa
Warga Palestina yang terluka akibat serangan Israel saat menunggu bantuan kemanusiaan di pantai Kota Gaza dirawat di Rumah Sakit Shifa pada Kamis, (29/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan Israel kembali menyerang sekitar rumah sakit terbesar di Gaza, al-Shifa. Militer Israel mengatakan mereka membunuh lebih dari 170 militan di rumah sakit al-Shifa sejak mulai menyerang fasilitas kesehatan itu Senin (18/3/2024) lalu.

Pada Jumat (22/3/2024) lalu Komandan Komando Selatan pasukan Israel,Yaron Finkelman mengatakan pasukannya hanya akan menyelesaikan operasinya bila "teroris terakhir berada di tangan kami." Penduduk Kota Gaza mengatakan pasukan Israel meledakkan beberapa bangunan tempat tinggal. "Mereka mengosongkan seluruh area," kata warga yang tinggal pemukiman Rimal, di ujung barat Kota Gaza, Abdel-Hay Saad, Sabtu (23/3/2024).

Baca Juga

Warga lainnya, Mohammed al-Sheikh, mengatakan pengeboman Israel yang intens "menghantam apa pun yang bergerak." Rekaman video kantor berita Associated Press menunjukkan kepulan asap mengepul di area rumah sakit.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lima orang Palestina yang terluka dan terjebak di al-Shifa meninggal tanpa makanan, air dan layanan medis. Sebelumnya, kementerian tersebut mengatakan militer Israel menahan para petugas kesehatan, pasien dan kerabat pasien di dalam kompleks medis tersebut.

Militer Israel mengklaim, mereka tidak melukai warga sipil, pasien atau pekerja. "Kondisi ini benar-benar tidak manusiawi," kata direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, di media sosial pada Jumat malam.

Pihak berwenang Gaza mengatakan seorang wanita tua dan lima anak tewas dalam serangan udara Israel di daerah antara Rafah dan Khan Younis semalam. Kelaparan juga menjadi hal yang mematikan. PBB dan pemerintah Israel kembali saling melontarkan tuduhan mengenai kurangnya pengiriman bantuan ke Gaza utara, yang merupakan target pertama serangan Israel dan di mana para orang tua yang sedih menyaksikan anak-anak mereka mengais-ngais roti di antara reruntuhan bangunan.

Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) yang Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebut sebagai "tulang punggung bantuan di Gaza," mengatakan Israel kembali menolak izin untuk konvoi bantuan yang akan dikirim ke Gaza utara. UNRWA mengatakan sudah dua bulan sejak konvoi bantuan bisa sampai ke sana.

Pemerintah Israel menjawab dengan mengatakan ratusan truk bantuan sedang menunggu PBB dan mitra-mitranya untuk mendistribusikannya. "Tidak ada waktu untuk informasi yang salah. Cukup," kata direktur komunikasi UNRWA, Juliette Touma.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement