REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN -- Sebanyak 50 persen warga Amerika Serikat (AS) meyakini pemerintah AS menghabiskan terlalu banyak untuk bantuan militer dan keuangan ke Ukraina, berdasarkan survei oleh surat kabar Financial Times dan Ross School of Business Universitas Michigan, Ahad (12/5/2024).
Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa 26 persen responden menganggap Washington mengeluarkan bantuan secara memadai untuk Ukraina dan 11 persen responden mengatakan Amerika tidak mengeluarkan cukup uang untuk bantuan tersebut. Selain itu, 47 persen responden percaya bantuan untuk mendukung Israel terlalu berlebihan, sementara 11 persen responden percaya Washington dapat memberikan lebih banyak bantuan kepada Israel, menurut survei tersebut.
Jajak pendapat tersebut dilakukan pada 2-6 Mei 2024, dan melakukan jajak pendapat kepada sebanyak 1.003 responden. Sedangkan margin kesalahannya adalah 3,1 poin persentase. Negara-negara Barat, termasuk AS, telah memberikan bantuan militer dan keuangan dalam jumlah besar ke Kiev sejak dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina pada Februari 2022.
Kremlin secara konsisten memperingatkan agar negara-negara itu tidak melanjutkan pengiriman senjata ke Kiev, dengan mengatakan hal tersebut akan dapat memperbesar eskalasi konflik. Pada April 2022, Rusia mengirimkan nota diplomatik ke seluruh negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengenai masalah pasokan senjata ke Ukraina. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan bahwa setiap kargo berisi senjata untuk Ukraina akan menjadi target sah bagi Rusia.