Jumat 13 Apr 2018 12:18 WIB

PBB: Boko Haram Telah Culik Lebih dari 1.000 Anak Sejak 2013

Menurut UNICEF, jumlah korban penculikan kemungkinan lebih besar.

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Militan Boko Haram.
Foto: AP
Militan Boko Haram.

REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Badan anak-anak PBB, UNICEF, mengatakan, kelompok militan Boko Haram Nigeria telah menculik lebih dari 1.000 anak sejak 2013. Para militan secara teratur membawa anak-anak muda untuk menyebarkan ketakutan dan menunjukkan kekuatan.

"Anak-anak di Nigeria timur laut terus diserang pada skala yang mengejutkan," kata kepala UNICEF di Nigeria Mohamed Malick Fall.

UNICEF telah mendokumentasikan lebih dari 1.000 kasus terverifikasi. Namun, menurut UNICEF, kemungkinan jumlah sebenarnya dapat lebih besar.

UNICEF telah mewawancarai seorang wanita yang bernama Khadijah (17 tahun). Ia diculik setelah serangan Boko Haram di kotanya. Khadijah kemudian dikunci di sebuah ruangan, dipaksa untuk menikahi salah satu militan dan berulang kali diperkosa.

Khadijah hamil. Saat ini ia tinggal dengan putranya yang masih kecil di sebuah camp IDP (pengungsian). "Dia telah berjuang untuk berintegrasi dengan perempuan lain karena hambatan bahasa dan stigma sebagai 'istri Boko Haram'," kata UNICEF.

Setidaknya, 2.295 guru juga telah tewas dan lebih dari 1.400 sekolah telah hancur dalam konflik itu.

Konflik Boko Haram memasuki tahun ke 10. Namun, hanya menunjukkan sedikit tanda bahwa konflik akan berakhir. Pada Februari, satu faksi menculik lebih dari 100 siswi dari Kota Dapchi, yang sebelumnya tidak tersentuh oleh perang.

Sebulan kemudian, para militan mengembalikan semua gadis itu. Sekitar lima meninggal saat berada di tangan Boko Haram. Satu lagi, Leah Sharibu, masih menjadi tawanan karena dia menolak untuk masuk Islam. Ini disampaikan oleh teman sekelasnya yang telah dibebaskan.

Pemerintah mengatakan, pembebasan itu adalah awal bagi pembicaraan gencatan senjata. Namun, beberapa pakar pemberontakan mengaku tidak setuju dengan hal itu. Mereka mengatakan, hal itu melanggar ideologi faksi itu untuk menculik Muslim.

Boko Haram tetap merupakan masalah secara politik. Presiden Muhammadu Buhari yang berkuasa pada 2015 berjanji untuk mengakhiri pemberontakan. Namun, pemerintahannya gagal mengalahkan Boko Haram. Pemerintahannya hanya mampu mendorong militan keluar dari banyak kota di timur laut pada 2016.

Pada Senin (9/4), Buhari mengatakan, dia berencana untuk mengikuti pemilu kembali pada 2019.

Empat tahun sejak penculikan Chibok, sekitar 100 siswi masih tidak diketahui keberadannya. Menurut kesaksian dari gadis-gadis yang diselamatkan dan para ahli, beberapa gadis kemungkinan telah meninggal.

Boko Haram pada Januari merilis sebuah video yang menunjukkan beberapa perempuan Chibok yang hilang. Para remaja perempuan tersebut mengatakan bahwa mereka tetap ingin bersama Boko Haram.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement