Jumat 19 Jan 2018 04:55 WIB

Meksiko Tegaskan tak akan Biayai Tembok Pembatas

Trump Klaim Meksiko Negara Paling Berbahaya

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS Donald Trump (kanan) saat bersiap melakukan konferensi pers bersama dengan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto di Mexico City.
Foto: AP Photo/Dario Lopez-Mills
Presiden AS Donald Trump (kanan) saat bersiap melakukan konferensi pers bersama dengan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto di Mexico City.

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Meksiko kembali menegaskan tak akan membiayai pembangunan tembok pembatas antara Amerika Serikat dan Meksiko dalam kondisi apa pun. Pernyataan ini dilontarkan Menteri Luar Negeri Meksiko Luis Viegaray menyusul serangkaian cicitan Trump di Twitter.

Di samping itu, Viegaray juga menyangkal beberapa pernyataan kontroversial Trump mengenai Meksiko. Salah satunya adalah klaim Trump bahwa Meksiko merupakan negara paling berbahaya di dunia.
 
"Meski Meksiko memiliki masalah kekerasan yang signifikan, sangat salah jika mengatakan Meksiko merupakan negara paling berbahaya di dunia," tegas Viegaray pada Kamis (18/1).
 
Sebelumnya, di hari yang sama, Presiden AS Donald Trump menuliskan cicitan yang cukup kontroversial. Trump mengatakan tembok pembatas antara Amerika Serikat dan Meksiko perlu dibangun demi keselamatan dan keamanan Amerika Serikat.
 
photo
Situs berita Meksiko La Jornada memuat tajuk utama mengenai pembangunan dinding perbatasan AS-Meksiko oleh Presiden AS Donald Trump.
 
"Kita membutuhkan tembok tersebut untuk membantu menghentikan banyaknya obat-obatan terlarang yang masuk (ke AS) dari Meksiko," tulis Trump melalui akun Twitter pribadinya seperti dilansir Independent.
 
Masih dalam cicitan yang sama, Trump juga mengatakan Meksiko merupakan negara paling berbahaya di dunia. "Jika tak ada tembok, tak ada kesepakatan," tambah Trump.
 
Kesepakatan yang dimaksud oleh Trump adalah kesepakatan terkait imigrasi. Saat ini Partai Demokrat, Trump dan Partai Republik sedang bernegosiasi tentang kesepakatan imigrasi yang dapat melindungi sekitar 780 ribu imigran mudah dari deportasi. Tanpa pembangunan tembok pembatas, Trump mengatakan kesepakatan tersebut tidak akan terjadi.
 
Berdasarkan data, pernyataan Trump bahwa Meksiko merupakan negara paling berbahaya di dunia keliru. Saat ini, Meksiko memang sedang menghadapi peningkatan kasus pembunuhan yang tajam dibandingkan tahun lalu. Peningkatan ini dinilai berkaitan dengan upaya pemberantasan obat-obatan terlarang di Meksiko.
 
Meski begitu, data menunjukkan Meksiko bukanlah negara paling 'mematikan' di dunia. Berdasarkan data, Amerika Latin memiliki jumlah kota dengan kekerasan terbanyak di dunia. Namun, posisi Meksiko masih 'diungguli' oleh Brasil.
 
Brasil memiliki 19 kota yang sarat akan kekerasan, sedangkan Meksiko memiliki delapan kota untuk kategori yang sama. Posisi Meksiko disusul oleh Venezuela yang memiliki tujuh kota yang sarat akan kekerasan.
 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement