Ahad 15 Apr 2018 00:03 WIB

Tanya yang Hampir Hilangkan Nyawa

Remaja kulit hitam nyaris tewas ditembak tetangganya saat hendak bertanya arah jalan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Brennan Walker (14 tahun) dari Rochester Hills, Michigan, Amerika Serikat hampir tewas ditembak tetangganya saat akan menanyakan arah jalan ke sekolah.
Foto:
Massa berkumpul memprotes aksi kekerasan yang dilakukan polisi dan menyebabkan tewasnya seorang remaja kulit hitam berusia 18 tahun di Ferguson, Missouri, Senin (11/8). (REUTERS/Mario Anzuoni)

Brennan yang berhasil menghindar dan bersembunyi sangat terguncang oleh kejadian tersebut. "Saya cukup senang saya tidak menjadi statistik," katanya sambil mengutip pernyataan ibunya yang memberitahunya anak-anak kulit hitam berisiko ditembak orang lain.

Pelaku penembakan terhadap Walker adalah Jeffrey Zeigler, seorang pensiunan petugas pemadam kebakaran berkulit putih. Menurut laporan media setempat, Zeigler dituduh melakukan penyerangan dengan maksud membunuh dan kejahatan senjata api. Dia terancam hukuman penjara seumur hidup.

Kendati telah ditetapkan sebagai tersangka, Zeigler yakin dirinya tak akan terbukti bersalah. "Ada lebih banyak cerita daripada yang dikatakan dan saya percaya semua itu akan keluar di pengadilan. Saya sedang tidur kemarin pagi saat istri saya mulai menjerit dan menangis," katanya.

Sheriff Oakland County Michael Bouchard menyesalkan terjadinya insiden penembakan terhadap Walker. "Saya merasa buruk untuk pemuda itu. Saya merasa buruk bagi ibunya dan kecemasan yang harus mereka lalui. Kami akan meminta setiap penuntutan yang diizinkan terhadap pelaku yang melangkah dan menembakkan senapan hanya karena seseorang mengetuk pintunya," ujar Bouchard.

Wali Kota Rochester Hills Bryan Barnett menyatakan hal serupa. Ia mengaku sangat muak mengetahui insiden tersebut. Ia mengatakan perbuatan Jeffrey Zeigler benar-benar tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan karakter serta nilai-nilai komunitas masyarakat di sana.

Ibu Walker, Lisa Wright, sangat mengecam aksi penyerangan terhadap anaknya. Apalagi penyerangan tersebut dilandasi sentimen rasial. "Kita seharusnya tidak harus hidup dalam masyarakat di mana kita harus menjaga diri kita sendiri. Jika saya memiliki pertanyaan, saya harus dapat kembali ke desa dan mengetuk pintu kemudian mengajukan pertanyaan. Saya seharusnya tidak takut pada seorang anak, apalagi karena warna kulitnya," ujar Wright.

Kejadian penyerangan serupa pernah terjadi di Dearborn Heights, Michigan, pada 2014. Ketika itu seorang lelaki kulit putih bernama Theodore Wafer menembak wanita kulit hitam berusia 19 tahun setelah dia mengetuk pintu rumahnya.

Wanita itu diketahui mengetuk pintu rumah Wafer karena hendak memberitahu bahwa mobilnya tersenggol oleh kendaraannya. Namun Wafer yang mencurigai wanita tersebut kemudian menembaknya hingga tewas. Wafer dituntut melakukan aksi pembunuhan tingkat dua dan dijatuhi hukuman minimal 17 tahun penjara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement