Sabtu 17 Mar 2018 13:52 WIB

Rusia Berencana Usir Diplomat Inggris

Itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Yudha Manggala P Putra
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov
Foto: Reuters
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia berencana mengusir diplomat Inggris dari negaranya. Ini merupakan respons Rusia atas keputusan Perdana Inggris Theresa May mengusir 23 diplomat Rusia dari Inggris terkait insiden penyerangan gas saraf yang menimpa warganya.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah memberi pernyataan terkait rencana pengusiran diplomat Inggris dari Rusia. Hal ini ia sampaikan kepada Reuters ketika menghadiri acara di ibu kota Kazakhstan, Astana, pada Jumat (16/3). "Tentu saja, kami akan melakukannya," kata Lavrov ketika ditanya apakah Rusia akan mengambil langkah pengusiran diplomat seperti Inggris.

Pada 4 Maret lalu, Sergei Skripal dan putrinya ditemukan dalam keadaan terkulai dan tidak sadarkan diri di kursi di luar pusat perbelanjaan di kota Salisbury di Inggris Selatan. Skripal merupakan warga Inggris yang pernah menjadi agen mata-mata Rusia. Pemerintah Inggris telah menyimpulkan bahwa keduanya diracuni menggunakan gas syaraf Novichok.

Gas ini diketahui pernah dikembangkan oleh Uni Soviet antara tahun 1971-1993. Fakta ini menjadi salah satu dasar Inggris menyimpulkan bahwa Rusia berada di balik aksi penyerangan Skripal.

Duta Besar Rusia untuk Inggris Alexander Yakovenko mengatakan, dirinya telah menerima sebuah surat diplomatik yang menginformasikan bahwa saat ini Skripal berada dalam kondisi kritis. Namun ia menuding Inggris menyembunyikan keterangan terperinci perihal kondisi Skripal.

"Inggris tetap menyembunyikan penilaian medis dari kami. Kami tidak memiliki akses ke pasien, kami tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan para dokter," ujar Yakovenko.

Karena tidak adanya keterangan terperinci, Rusia meragukan klaim Inggris atas kondisi Skripal beserta putrinya. "Mereka mungkin masih hidup, mungkin tidak, atau mungkin tidak ada yang terjadi sama sekali," kata Yakovenko.

Inggris sendiri telah menulis surat kepada Organisasi Larangan Senjata Kimia di Den Haag, Belanda. Inggris meminta organisasi tersebut untuk memverifikasi kembali agen gas syaraf yang digunakan untuk menyerang Skripal dan putrinya.

Terkait kejadian ini, Perdana Menteri Theresa May, pada Kamis (15/3), telah meminta 23 diplomat Rusia di negaranya untuk hengkang. May menuding mereka merupakan agen mata-mata yang menyamar sebagai diplomat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement