Jumat 05 Jul 2013 19:27 WIB

Kepercayaan Warga Jerman ke AS Anjlok

June 21, 2013 file photo, a banner supporting Edward Snowden, a former CIA employee who leaked top-secret documents about sweeping US surveillance programs, is displayed at Central, Hong Kong's business district. (Illustrati)
Foto: AP/Kin Cheung
June 21, 2013 file photo, a banner supporting Edward Snowden, a former CIA employee who leaked top-secret documents about sweeping US surveillance programs, is displayed at Central, Hong Kong's business district. (Illustrati)

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kepercayaan warga Jerman terhadap Amerika Serikat anjlok di tengah pernyataan memata-matai dan pengawasan oleh petugas sandi buron Edward Snowden.  Kesimpulan itu didapat berdasarkan jajak pendapat yang disiarkan di negara itu, Kamis (5/7). 

Hanya 49 persen petanggap melihat Amerika Serikat sebagai mitra tepercaya, turun dari 65 persen sebelum tuduhan mata-mata itu dan tingkat terendah sejak George W Bush menjabat presiden, demikian seperti dikutip AFP

Jajak pendapat lewat telepon atas 1.005 petanggap acak itu dilakukan oleh televisi publik ARD pada 1 hingga 3 Juli.

Lebih dari dua pertiga dari yang ditanya takut pemerintah mereka dapat melindungi mereka dari e-mail besar-besaran, intipan jaringan dan rekaman telepon oleh dinas rahasia Amerika Serikat.

Meski demikian, 78 persen mengharapkan Kanselir Angela Merkel mengambil sikap tegas terhadap Amerika Serikat dan Inggris, yang juga dituduh menambang data besar-besaran.

Lebih dari separuh petanggap menyatakan pengintaian dinas rahasia diperlukan untuk mencegah serangan teroris, tapi 61 persen mengatakan terkejut pada jumlah dilaporkan dari program mata-mata Amerika Serikat dan Inggris tersebut.

Prancis, Italia dan Yunani termasuk di antara 38 sasaran gerakan memata-matai oleh dinas sandi Amerika Serikat, kata dokumen, yang dibocorkan ke surat kabar "The Guardian" oleh mantan agen buron CIA Edward Snowden.

Salah satu bocoran arsip Badan Keamanan Negara Amerika Serikat (NSA) itu menyatakan pejabat sandi menyasar kedutaan dan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan menanamkan penyadap di sarana elektronika komunikasi, dengan memanfaatkan kabel dan mengumpulkan komunikasi dengan antena khusus, kata laporan pada laman "Guardian" pada awal Juli.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement