Ahad 25 Jan 2015 18:06 WIB

Warganya Dipenggal ISIS, PM Jepang tak Mampu Berbicara

Rep: C05/ Red: Ilham
Jurnalis Kenji Goto dan kontraktor Haruna Yukawa disandera kelompok ISIS.
Foto: News.com
Jurnalis Kenji Goto dan kontraktor Haruna Yukawa disandera kelompok ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, Tokyo -- Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengatakan ia kehabisan kata-kata melihat video yang menampilkan salah satu dari dua sandera Jepang, Haruna Yukawa yang dipenggal oleh kelompok Negara Islam Irak dan Surya (ISIS).

Abe muncul di siaran publik NHK Jepang pagi ini, Ahad (25/1). Dia menuntut para militan melepaskan sandera lainnya, yaitu seorang wartawan, Kenji Goto (47).

Menurut dia, video yang dirilis ISIS itu asli. Meski begitu, pemerintah Jepang masih mengkajinya.

Abe mengucapkan belasungkawa kepada keluarga dan teman-teman dari Haruna Yukawa. 

Abe menolak untuk mengomentari pesan para ekstrimis dalam video yang menuntut pertukaran tawanan untuk Goto. Dia mengatakan, pemerintah masih bekerja seperti biasa dan menegaskan bahwa Jepang mengutuk terorisme.

"Saya tidak bisa berkata-kata," katanya dikutip Western Morning News. "Kami benar-benar mengkritik tindakan seperti itu."

Ayah Yukawa, Shoichi mengatakan jauh di dalam hatinya berharap bahwa berita pembunuhan anaknya itu tidak benar. "Jika saya bersatu kembali dengan dia, saya hanya ingin memberinya pelukan," katanya.

Sebelumnya, ISIS mengunggah sebuah video yang menunjukkan aksi penyanderaan terhadap dua warga negara Jepang pada Selasa (20/1). Melalui video tersebut, ISIS meminta uang tebusan sebesar 200 juta dolar atau sekitar Rp 2,5 triliun. Mereka memberi waktu 72 jam untuk transaksi tersebut.

Video itu menunjukan bahwa penyanderaan warga Jebang adalah aksi balas dendam mereka terhadap presiden Jepang. "Anda dengan bangga menyumbangkan 100 juta dolar untuk membunuh perempuan dan anak-anak kami, menghancurkan rumah-rumah kaum Muslimin," kata seseorang dalam video dengan logat Inggris sambil mengacungkan sebilah pisau.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement