Senin 27 Apr 2015 18:22 WIB

Negara ASEAN Dituntut Selesaikan Sengketa Laut Cina Selatan

Rep: melisa riska putri/ Red: Ani Nursalikah
Para kepala negara dalam acara KTT ASEAN.
Foto: Antara
Para kepala negara dalam acara KTT ASEAN.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN, Malaysia mengaku banyak menerima tekanan dari beberapa tetangga negaranya untuk mengatasi masalah sensitif reklamasi pulau di Laut Cina Selatan. Dalam pernyataan rancangan KTT disebutkan tindakan tersebut dapat merusak perdamaian, keamanan dan stabilitas.

Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah upacara penutupan KTT ASEAN Summit di Kuala Lumpur, Senin (27/4). Dengan adanya pernyataan ini, keprihatinan serius dari beberapa pemimpin meningkat.

"Kami menegaskan kembali pentingnya menjaga perdamaian, stabilitas, keamanan dan kebebasan navigasi dan penerbangan di atas laut Cina Selatan," kata pernyataan tersebut.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan, asosiasi 10 anggota ini akan melakukan pendekatan non-konfrontatif dalam menyelesaikan sengketa. Alasannya jelas untuk menjaga tidak adanya ketegangan dengan mitra dagang Cina di teluk. 

"Kami akan terus melibatkan Cina dengan cara yang konstruktif," katanya.

Pihaknya berharap dapat mempengaruhi Cina. Ia menilai kepentingan Cina tidak mengkonfrontasi ASEAN dan upayanya mengguncang Asia Tenggara tidak akan menguntungkan Cina. Ia menegaskan ASEAN akan mencari resolusi cepat dengan Cina.

Cina mengklaim 90 persen dari Laut Cina Selatan yang diyakini kaya akan minyak dan gas. Hal itu mengakibatkan Cina bersengketa dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan.

Meski banyak pengklaim, tindakan Cina jauh paling luas dan dramatis. Cina membangun fasilitas seperti lapangan terbang pada beberapa pulau dan mereka tempati. Citra satelit terbaru menunjukkan Cina membuat kemajuan pesat dalam pembangunan landasan udara militer. 

sumber : ap/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement