Jumat 09 Oct 2015 07:25 WIB

Di Cina, Rokok Membunuh Satu dari Tiga Remaja

Rep: c14/ Red: Ani Nursalikah
Rokok tak hanya menjadi penyebab kanker paru, tapi juga beragam kanker lainnya.
Foto: Reuters
Rokok tak hanya menjadi penyebab kanker paru, tapi juga beragam kanker lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebuah studi yang diterbitkan pada jurnal ilmu kesehatan The Lancet menemukan, pada 2030 rokok diperkirakan menjadi penyebab kematian dua juta orang di Cina. Jumlah ini mayoritas terdiri atas anak-anak remaja.

"Sekitar dua pertiga remaja Cina sudah menjadi perokok aktif sebelum mereka berusia 20 tahun. Kecuali berhenti merokok, setengah dari mereka akan meninggal cepat akibat kebiasaan buruk itu," kata salah seorang penulis publikasi ilmiah tersebut, Zhengming Chen dari Oxford University, Jumat (9/10) seperti dilansir kantor berita AFP.

Perokok Cina diketahui mengonsumsi hampir sepertiga dari produksi rokok dunia. Dampaknya, kematian akibat paparan asap rokok di Cina jumlahnya seperenam daripada total kematian dunia.

Menurut Zhengming, jumlah tersebut akan bertambahmenjadi dua juta orang pada 2030. Karenanya, dia meminta pemerintah setempat bertindak preventif sesegera mungkin.

Studi mengenai isu ini sudah dilakukan sejak 1990. Kajian kedua berlangsung pada 2006 lalu, dan terus dilakukan hingga kini.

Zhengming mencatat, sejak 1991 hingga 2006 ada kenaikan jumlah orang yang memutuskan berhenti merokok. Dari tiga persen menjadi sembilan persen pada 2006. Untuk mendorong peningkatan tersebut ke depannya, Zhengming meminta pemerintah Cina menaikkan harga rokok.

"Wabah kematian prematur akibat merokok dapat dihentikan. Negara-negara lain sudah melakukannya."

Anggota tim peneliti lainnya, Jeffrey Koplan dan Michael Eriksen dari Emory Global Health menegaskan posisi Negeri Tirai Bambu. Cina bukan hanya negara dengan konsumen rokok paling banyak, namun juga mempunyai pabrik rokok terbanyak di dunia.

Apalagi, di Cina ada monopoli pemerintah atas produksi rokok, yakni melalui The Chinese National Tobacco Corporation. BUMN Cina tersebut menyumbang tujuh persen dari total pendapatan negara per tahun.

Menurut Richard Peto, juga dari Oxford University, kenaikan harga rokok di Eropa dan Amerika terbukti efektif menurunkan jumlah kematian akibat paparan asap rokok. Cina perlu menirunya.

"Untuk Cina, kenaikan harga jual rokok dapat menyelamatkan nyawa puluhan juta manusia," ucap Richard Peto, Jumat (9/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement