Rabu 24 Aug 2016 04:51 WIB

Biden Minta Negara-Negara Baltik tak Cemaskan Trump

Donal Trump
Foto: VOA
Donal Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Presiden Amerika Serikat  Joe Biden meminta para pemimpin negara-negara Baltik untuk tidak menganggap serius komentar-komentar dari calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, yang mempersoalkan komitmen AS dalam melindungi negara-negara NATO dari agresi Rusia.

Dalam lawatan ke Latvia, Biden menyebut Trump yang tidak pernah berpengalaman dalam jabatan publik, tidak memahami jaminan pertahanan bersama NATO yang dikenal dengan Pasal Lima.

"Saya ingin mutlak menegaskan kepada semua rakyat negara-negara Baltik, kami telah mengucapkan janji suci, Amerika Serikat, kepada pakta NATO dan Pasal Lima," kata Biden.

"Fakta mengenai apa-apa yang kadang-kadang Anda semua dengar dari seorang calon presiden dari partai lain, adalah bukan hal yang harus Anda anggap serius," sambung Biden.

Baik Demokrat maupun Republik, kata Biden, mendukung sumpah setia AS kepada NATO, kata Biden yang berbicara di depan tiga pemimpin negara-negara Baltik di Riga.

"Ada komitmen bipartisan luar biasa besar yang terus menerus di Amerika Serikat dari kedua partai politik untuk mempertahankan komitmen kami terhadap NATO," kata Biden.

Tiga negara Baltik --Lithuania, Latvia, dan Estonia-- merdeka pada awal 1990-an setelah setengah abad dianeksasi Uni Soviet. Mereka kini berada di garis depan dari kemungkinan konflik dengan Rusia, penerus Uni Soviet.

Bulan lalu para pemimpin NATO sepakat untuk pertama kalinya menggelarkan pasukan militer di Baltik dan Polandia timur, sertai meningkatkan patroli udara dan laut demi menjamin sekutu-sekutu mereka di kawasan ini yang merasa terancam oleh Rusia.

"Adalah penting bagi kami bahwa kita siap siaga, semua pihak, untuk memastikan kemitraan strategis kita, dan kami yakin apa pun hasil Pemilu di Amerika Serikat, komitmen mereka kepada NATO, kepada kawasan Baltik, tidak berubah," kata Presiden Lithuania Dalia Grybauskaite seperti dikutip Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement