Rabu 26 Apr 2017 11:00 WIB

Atasi Kelaparan, AS Desak Presiden Sudan Selatan Hentikan Konflik

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Sedikitnya 3.000 warga mengungsi di komplek PBB di Tomping, Juba, Sudan Selatan.
Foto: Beatrice Mategwa/UNMISS via AP
Sedikitnya 3.000 warga mengungsi di komplek PBB di Tomping, Juba, Sudan Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengecam dan mendesak Presiden Sudan Selatan Salva Kiir agar melakukan gencatan senjata dan menghentikan konflik yang berlangsung di negaranya. Menurut AS, konflik merupakan penyebab utama krisis kemanusiaan dan kelaparan yang terjadi di Sudan Selatan.

Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan bencana kelaparan yang dialami jutaan rakyat Sudan Selatan merupakan dampak konflik. "Kelaparan di Sudan Selatan adalah buatan manusia. Ini adalah hasil dari konflik yang sedang berlangsung di negara tersebut. Ini adalah hasil nyata dari kampanye melawan penduduk sipil," kata Haley, seperti dilaporkan laman Aljazirah, Rabu (26/4).

Ia meminta agar pemerintah Sudan Selatan melakukan gencatan senjata dan mengehentikan konflik yang telah berlangsung sejak 2013 lalu. "Kita harus melihat gencatan senjata telah dilaksanakan," ucapnya.

Tak hanya itu, Haley juga mengkritik Dewan Keamanan PBB yang seperti tak memiliki daya atau kekuatan apapun untuk menghentikan perang sipil di Sudan Selatan. "Anda membiarkan Presiden Kiir terus melalukan apa yang dia lakukan. Bila Anda peduli pada rakyat Sudan Selatan, kita harus memberitahu mereka bahwa kita sudah tidak tahan dengan perang ini," ujar Haley.

Ia menyerukan Dewan Keamanan PBB dapat bersikap lebih tegas. Ia juga mendesak Dewan Keamanaj PBB untuk menjatuhkan sanksi lanjutan serta embargo senjata ke Sudan Selatan.

Perang sipil di Sudan Selatan telah berlangsung sejak 2013 lalu. Tepatnya ketika Presiden Salva Kiir memecat wakilnya dan melepaskan konflik yang melahirkan faksi-faksi bersenjata mengikuti garis etnis.

Konflik yangn kunjung usai selama hampir empat tahun tersebut menyebabkan jutaan rakyat Sudan Selatan dilanda kelaparan. Saat ini, sekutar 7,5 juta rakyat Sudan Selatan membutuhkan bantuan kemanusiaan. Sedangkan terdapat sekitar 1,6 juta orang yang telah meninggalkan negara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement