Sabtu 23 Sep 2017 01:17 WIB

'Saya Berlari dalam Kondisi Tali Pusar Anak Masih Menempel'

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Andi Nur Aminah
Pengungsi melintasi sungai yang meluap di kamp pengungsi Rohingya (ilustrasi)
Foto: Abir Abdullah/EPAq
Pengungsi melintasi sungai yang meluap di kamp pengungsi Rohingya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Penganiayaan terhadap Muslim Rohingya terus berlangsung dan tidak pandang bulu. Seorang wanita Rohingya bernama Hamida (30) menceritakan betapa kejinya perlakuan tentara Myanmar terhadap etnis mereka.

Hamida menceritakan, Desa Quachong di Rakhine State tempat dia bermukim bersama Muslim Rohingya lainnya mendapat serangan pada 2 Septemberlalu. Hamida yang ketika itu tengah hamil, mendengar keributan di luar rumah dan diikuti bunyi ledakan.

"Mereka mengepung desa kami, mereka meluncurkan roket, bahkan menembaki kami saat kami sedang berlarian. Mereka membakar desa kami," kata Hamida dikutip Dailymail.

Mendekati tanggal kelahiran anaknya, Hamida bersama suami dan keenam anaknya memutuskan untuk kabur dari desa. Mereka pun bersembunyi di hutan selama 48 jam lamanya. Dalam keadaan yang mencekam itu, Hamida terpaksa harus melahirkan anaknya di hutan tanpa bantuan medis. Bahkan dia melahirkan tak beralaskan sehelai kain pun.

Persalinan berjalan lancar, tiga jam kemudian seorang bayi laki-laki sehat lahir ke dunia dalam suasana yang menyedihkan. Namun, tidak lama setelah itu, Hamida kembali mendengar suara gaduh mendekat. Tanpa pikir panjang mereka lagi-lagi melarikan diri dalam kondisi tali pusar anaknya yang masih menempel.

"Saya berlari dengan tali pusar bayi yang masih melekat. Mereka mengejar kami dan saya tahu mereka membawa pistol dan pisau," kata Hamida.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement