Senin 25 Sep 2017 16:38 WIB

Wanita Rohingya Alami Luka Konsisten Pemerkosaan

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agus Yulianto
 Wanita Rohingya, Dildar Begum tengah mendapatkan perawatan di rumah sakit di Bangladesh. Begum dan putrinya terluka usai diserang oleh tentara Myanmar, sedangkan suaminya tewas (Ilustrasi)
Foto: AP/Bernat Armangue
Wanita Rohingya, Dildar Begum tengah mendapatkan perawatan di rumah sakit di Bangladesh. Begum dan putrinya terluka usai diserang oleh tentara Myanmar, sedangkan suaminya tewas (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Sejumlah dokter dan petugas kesehatan PBB mengatakan, para dokter yang merawat beberapa pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh dari Myanmar, melihat puluhan wanita dengan luka-luka yang konsisten dengan serangan seksual dengan kekerasan. Laporan petugas medis tersebut didukung beberapa kasus melalui catatan medis.

Bukti-bukti itu menunjukkan kalau wanita Rohingya mengalami pelecehan hingga pemerkosaan beramai-ramai. Pelecehan hingga pemerkosaan ini dilakukan oleh  tentara Myanmar.  Namun, pejabat Myanmar sebagian besar  menolak tuduhan pelecehan dan pemerkosaan terhadap wanita Rohingya tersebut.

Mereka menyebutnya sebagai propaganda militan Rohingya yang dirancang untuk mencemarkan nama baik militernya. Pejabat Myanmar menilai, tentara Myanmar hanya terlibat dalam operasi melawan pemberontakan. Mereka bekerja dengan perintah yang sah dan di bawah perintah untuk melindungi warga sipil.

Juru Bicara pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi, Zaw Htay mengatakan, pihak berwenang akan menyelidiki tuduhan yang diajukan kepada tentara Myanmar. "Para korban pemerkosaan itu harus mendatangi kami," katanya, Ahad, (24/9).

"Kami akan memberikan keamanan penuh kepada mereka. Kami akan menyelidiki dan kami akan mengambil tindakan," kata Htay.

Suu Kyi sendiri belum berkomentar mengenai banyaknya tuduhan penyerangan seksual yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap wanita Rohingya yang dipublikasikan sejak akhir tahun lalu.

Kekerasan meletus di negara bagian Rakhine, Myanmar, menyusul serangan terhadap pasukan keamanan oleh militan Rohingya Oktober lalu. Serangan lebih lanjut pada 25 Agustus memprovokasi serangan militer baru-baru ini yang disebut PBB sebagai pemusnahan etnis.

Para petugas kesehatan dan perlindungan di Distrik Cox's Bazar mengatakan, mereka telah merawat lebih dari 25 korban pemerkosaan sejak akhir Agustus. Petugas medis mengatakan, mereka tidak mencaritahu secara pasti apa yang terjadi pada pasien mereka.

Namun, mereka telah melihat pola yang sama dalam cerita dan gejala fisik belasan wanita yang mengalami pemerkosaan. Mereka selalu mengatakan bahwa tentara Myanmar adalah pelakunya.

Sangat jarang dokter dan lembaga  bantuan PBB berbicara tentang pemerkosaan yang diduga dilakukan oleh angkatan bersenjata Myanmar, mengingat sangat sensitifnya masalah tersebut. Dokter di sebuah klinik yang dikelola oleh International Organization for Migration (IOM) di Leda mengatakan, mereka merawat ratusan wanita dengan luka-luka yang berasal dari kekerasan seksual selama operasi militer pada Oktober dan November.

Koordinator Kesehatan Klinik di Leda tersebut Dr  Niranta Kumar mengatakan, ada sedikit perkosaan yang dilaporkan sejak Agustus. Namun, mereka melihat luka-luka yang menunjukkan adanya serangan lebih agresif pada wanita.

Beberapa petugas kesehatan mengatakan, pada Oktober banyak perempuan Rohingya di desa mereka yang percaya bahwa penyerangan tentara Myanmar hanya menargetkan orang-orang Rohingya namun ternyata tidak. Makanya, kali ini, sebagian besar perempuan telah melarikan diri dari Rakhine saat pertama kali ada tanda aktivitas militer.

Dokter di klinik Leda menunjukkan,  tiga file kasus pemerkosaan. Di antaranya seorang wanita berusia 20 tahun dirawat pada 10 September, tujuh hari setelah dia mengatakan bahwa dia diperkosa oleh seorang tentara Myanmar.

Pemeriksaan korban pemerkosaan sering menemukan luka yang menandakan penetrasi paksa, pemukulan, dan bahkan pemotongan kemaluan yang disengaja. "Kami menemukan tanda-tanda di kulit, ini menunjukkan serangan yang sangat kuat, serangan yang tidak manusiawi," kata petugas medis IOM Dr Tasnuba Nourin. Ia telah melihat tanda-tanda perobekan kemaluan, tanda-tanda gigitan, dan lainnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement