Selasa 26 Sep 2017 12:57 WIB

Polisi Tuduh Kelompok Rohingya Bantai Warga Hindu

Rep: Puti Almas/ Red: Agus Yulianto
Kuburan massal di Thailand Selatan dimana yang menjadi korban adalah pengungsi muslim Rohingya (Ilustrasi)
Foto: abc
Kuburan massal di Thailand Selatan dimana yang menjadi korban adalah pengungsi muslim Rohingya (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SITTWE -- Kepolisian Myanmar menuding kelompok yang diyakini berasal dari Rohingya melakukan pembantaian umat Hindu di Rakhine. Setidaknya ada 28 jenazah yang ditemukan di dua kuburan massal di desa wilayah negara bagian itu.

Kuburan massal di Rakhine tersebut pertama kali ditemukan pada Ahad (24/9). Jenazah yang ditemukan terdiri dari 20 perempuan dan delapan pria, termasuk di antaranya adalah anak-anak.

Berdasarkan keterangan yang ditulis oleh pusat informasi Pemerintah Myanmar melalui jejaring sosial Facebook, Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) berada di balik pembunuhan massal tersebut. Kelompok yang diyakini memimpin pemberontakan terhadap pemerintah negara itu disebut menculik dan mengumpulkan setidaknya 100 warga Hindu dari desa-desa Rakhine pada 25 Agustus lalu. Hingga kemudian pembantaian dilakukan secara kejam.

Namun, ARSA membantah tuduhan tersebut. Kelompok yang pertama kali namanya terdengar pada Oktober 2016 itu mengatakan, tidak pernah ada pembunuhan yang dilakukan terhadap warga Hindu di Rakhine sekalipun. Pernyataan yang diklaim oleh Pemerintah Myanmar disebut sebagai kebohongan untuk menjatuhkan mereka.

Selama ini warga Rohingya yang menjadi salah satu etnis minoritas Myanmar kerap menjadi korban kekerasan. Lebih dari 140 ribu di antaranya yang tewas sejak terjadi konflik yang tepatnya berlangsung di Rakhine, wilayah negara bagian tempat mereka menetap.

Situasi di Rakhine semakin memburuk dengan adanya kekerasan yang kembali berlangsung pada 25 Agustus. Saat itu, terdapat serangan terhadap 30 pos keamanan polisi di area perbatasan Myanmar dan Bangladesh.

Pasukan militer Myanmar saat itu mengatakan ada ratusan orang yang diyakini sebagai Arsa membawa senjata dan menggunakan bahan peledak untuk menyerang. Pertempuran dengan penyerang kemudian terus berlanjut.

Tak hanya itu, tentara Myanmar kemudian juga melakukan operasi keamanan di desa-desa yang menjadi tempat tinggal penduduk dari etnis tersebut di sejumlah desa dan wilayah Rakhine. Situasi di wilayah negara bagian itu semakin memburuk dengan adanya laporan pembakaran desa-desa yang menjadi tempat tinggal warga Rohingya di sana.

Diperkirakan lebih dari 410 ribu orang yang melarikan diri dari Rakhine dan saat ini menjadi pengungsi di Bangladesh sejak 25 Agustus. Kemungkinan besar jumlah ini dapat terus meningkat, seiring dengan kekerasan yang kemungkinan belum dapat dihentikan sepenuhnya.

Konflik yang terjadi di Rakhine pertama kali terdengar pada 2012 lalu. Saat itu, terjadi sebuah operasi militer yang dilakukan oleh tentara Myanmar di sejumlah desa yang ditempati oleh warga Rohingya di Rakhine.

Tindakan itu membuat lebih dari 120 ribu warga Rohinghya harus mengungsi di sejumlah kamp di Rakhine.Hingga kemudian kasus ini kembali mencuat pada Oktober 2016, di mana menyebabkan sekitar 70 ribu masyarakat etnis itu melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari operasi militer Myanmar.

sumber : Morning Star
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement