Kamis 28 Sep 2017 21:34 WIB

DK PBB Adakan Pertemuan Bahas Krisis Rohingya

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Agus Yulianto
Sekjen PBB Antonio Guterres.
Foto: EPA
Sekjen PBB Antonio Guterres.

REPUBLIKA.CO.ID,  JENEWA - Dewan keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akan mengadakan pertemuan untuk membahas ketegangan yang terjadi di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Mereka juga akan membicarakan nasib ratusan ribu pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh sejak 25 Agustus lalu.

Sekretaris Jenderal PBB Antnio Guterres mengatakan, pertemuan DK PBB akan dilakukan pada Kamis (28/9) di New York. Guterres telah mengirim surat ke DK PBB untuk mengungkapkan keprihatinannya tentang tragedi kemanusiaan yang sedang berlangsung di Myanmar.

Sebelumnya pada Rabu (27/9), Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, rencana kunjungan pejabat PBB ke Rakhine telah dibatalkan oleh pihak berwenang Myanmar. Kunjungan ini akan menjadi kunjungan pertama oleh pejabat PBB di daerah konflik tersebut sejak kekerasan baru dimulai pada 25 Agustus.

Dilansir dari The Independent, sebelum pembatalan itu, Dujarric menuturkan, sejumlah kepala badan PBB akan ikut dalam perjalanan ke Myanmar. PBB berharap, hal ini akan menjadi langkah awal menuju akses yang lebih jauh dan lebih luas ke daerah konflik tersebut.

PBB telah didorong untuk mengunjungi Rakhine untuk menyelidiki penyebab lebih dari 400 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dalam waktu satu bulan. Gambar dan laporan dari jurnalis di lapangan mengonfirmasi, banyak desa Rohingya yang telah diratakan.

Sementara Inggris turut memperingatkan Myanmar bahwa krisis Rohingya adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang tidak dapat diterima. Menteri Inggris untuk Asia, Mark Field, mengatakan, pemerintahan Aung San Suu Kyi harus mengakhiri kekerasan dan mencabut blokade bagi bantuan kemanusiaan.

"Apa yang telah kita lihat di Rakhine dalam beberapa minggu terakhir adalah sebuah tragedi yang mutlak dan tidak dapat diterima," ujar Field, setelah melakukan kunjungan ke Myanmar, Kamis (28/9). Field bertemu dengan Suu Kyi dan mengunjungi Rakhine barat yang menjadi pusat pertumpahan darah.

"Kami meminta kekerasan untuk dihentikan dan meminta semua orang yang melarikan diri agar dapat kembali ke rumah mereka dengan cepat dan aman," tambah dia. "Burma telah mengambil langkah maju dalam beberapa tahun terakhir. Namun, kekerasan dan krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Rakhine berisiko menggagalkan kemajuan itu."

Field mengatakan, Suu Kyi telah memberinya jaminan, mereka yang telah melarikan diri dapat kembali melintasi perbatasan. "Sekarang ada ratusan ribu warga Rohingya di sisi perbatasan Bangladesh dan ada tanda tanya besar, berapa banyak orang yang mempercayai situasi keamanan telah membaik sehingga mereka bersedia untuk kembali," ungkapnya.

Pada Rabu (27/9), pemerintah Myanmar membawa beberapa reporter ke sebuah daerah di Rakhine utara yang menjadi kuburan massal orang-orang Hindu, termasuk wanita dan anak-anak. Penduduk desa mengatakan, penyerang berpakaian hitam telah membunuh lebih dari 100 warga Hindu. Meski demikian, para reporter itu tidak diberikan akses untuk memasuki ratusan desa Muslim Rohingya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement