Rabu 04 Oct 2017 17:38 WIB

190 Pelajar Qatar Dilarang Masuk Mesir

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Universitas Al-Azhar Mesir
Foto: speroforum.com
Universitas Al-Azhar Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Pihak berwenang Mesir melarang 190 siswa Qatar yang terdaftar di universitas-universitas Mesir untuk melanjutkan studi mereka menyusul pengenaan sanksi pemerintah terhadap persyaratan visa baru. Hal ini disampaikan Komite Hak Asasi Manusia Nasional yang berbasis di Qatar (NHRC).

NHRC mengatakan mereka telah menerima 90 keluhan dari siswa Qatar yang menghadapi beberapa kendala dalam melanjutkan pendidikan universitas mereka di Mesir. Beberapa siswa juga dicegah menghadiri ujian akhir bulan September.

"Pelarangan ini disebabkan oleh tindakan baru-baru ini yang diambil oleh pemerintah Mesir yang membatasi pelajar Qatar untuk belajar di universitas-universitas Mesir," kata NHRC seperti dilansir Middle East Monitor, Rabu (4/10).

Menurut NHRC, prosedur Mesir baru mengharuskan siswa Qatar mendapatkan persetujuan keamanan sebelum memberi mereka visa masuk untuk menyelesaikan studi di universitas Mesir atau menghadiri ujian.

Pemerintah Mesir belum berkomentar terkait hal ini.  Meskipun beberapa siswa telah memperoleh visa untuk memasuki Mesir, pihak berwenang menolak mengizinkan mereka ke bandara dengan alasan tidak memperoleh persetujuan keamanan. Akibatnya banyak yang tidak lulus dalam ujian.

Komite hak asasi manusia memperingatkan bahwa ini merupakan pelanggaran terhadap hak siswa dalam pendidikan.

NHRC mencatat hal ini telah meningkatkan permasalahan ke beberapa organisasi internasional, termasuk Dewan Nasional untuk Hak Asasi Manusia di Mesir, Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO), Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR), Amnesty Internasional dan Human Rights Watch.

Pada Juni lalu, jumlah siswa Qatar di universitas negeri dan swasta Mesir berjumlah 1.738 siswa. Departemen Pendidikan Qatar mengatakan mereka sedang mengerjakan solusi untuk krisis saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement