Selasa 24 Oct 2017 06:20 WIB

Turki Siapkan Puluhan Juta Dolar AS untuk Pengungsi Rohingya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Tentara Bangladesh menghadang masuk pengungsi muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).
Foto: AP/Dar Yasin
Tentara Bangladesh menghadang masuk pengungsi muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar di Palong Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pemerintah Turki siap mengucurkan dana sebesar 50 juta dolar AS untuk membantu pengungsi Muslim Rohingya. Hal itu disampaikan Turki dalam sebuah konferensi donor internasional untuk Rohingya yang digelar PBB di Jenewa, Swiss, Senin (23/10).

Pada konferensi tersebut, Duta Besar Turki untuk kantor PBB di Jenewa, Naci Koru, mengatakan bahwa negaranya siap menyiapkan dana untuk menyokong kehidupan pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh.

"Dalam program bantuan kemanusiaan, kami merencanakan untuk membangun unit penampungan jangka menengah untuk 100 ribu orang di atas lahan 3 juta meter persegi, menyediakan dua rumah sakit, 10 pusat kesehatan keluarga, serta menyalurkan air minum dan sanitasi air, termasuk bantuan makanan segar, ke pemerintah kota" kata Koru, dikutip laman Anadolu Agency.

"Bersama dengan proyek dan pengiriman yang direncanakan, jumlah bantuan kemanusiaan yang diberikan Turki akan melebihi 50 juta dolar AS," katanya menambahkan.

Koru menilai krisis Rohingya membutuhkan tindakan segera dan terkoordinasi dari berbagai negara. "Dari pihak kami, kami berkomitmen untuk terus mendukung Muslim Rohingya dalam koordinasi yang erat dengan pihak berwenang di Bangladesh," ujarnya.

PBB telah menyatakan bahwa pengungsi Rohingya di Bangladesh membutuhkan dana bantuan sekitar 434 juta dolar AS. Dana ini diperlukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka hingga Februari 2018. Pada konferensi di Jenewa, PBB telah menjanjikan dana 340 juta dolar AS bagi pengungsi Rohingya di Bangladesh.

Kendati berupaya menghimpun bantuan, namun PBB juga mendesak agar etnis Rohingya yang kini mengungsi di Bangladesh dapat kembali ke desanya di Myanmar. "Kita juga harus secara paralel mendorong para pemimpin dunia untuk melakukan proses politik yang memungkinkan pengungsi Rohingya pulang ke rumah dengan sukarela dan melakukannya dalam kondisi selamat, aman, dan bermarbatat. Kita harus bersikeras kepada pejabat-pejabat Myanmar bahwa kondisi tadi terpenuhi," ujar Direktur Jenderal Organisasi Migrasi Internasional (IOM) William Lacy Swing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement