Sabtu 24 Feb 2018 15:34 WIB

Lembaga Kepemilikan Senjata Api Jadi Sasaran Protes Warga AS

Muncul gerakan menyerukan dihentikannya kekerasan dan kejahatan senjata api.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Endro Yuwanto
Bunga, balon-balon dan boneka di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida menjadi simbol untuk mengingat korban penembakan di sekolah tersebut, Ahad (18/2).
Foto: John McCall/South Florida Sun-Sentinel via AP
Bunga, balon-balon dan boneka di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida menjadi simbol untuk mengingat korban penembakan di sekolah tersebut, Ahad (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- National Rifle Association of America (NRA) telah menjadi sasaran kritik dan protes warga Amerika Serikat (AS) yang menghendaki adanya peraturan pengontrolan senjata api. NRA merupakan organisasi nirlaba yang mengadvokasi hak kepemilikan senjata api di AS.

Kritik para aktivis pengontrolan senjata tidak hanya dilayangkan kepada NRA semata, tapi juga perusahaan-perusahaan yang menjadi mitranya. Kelompok Moms Demand Action for Gun Sense in America (MDAGS), misalnya, telah mengirim surat ke beberapa perusahaan mitra, seperti Apple Inc, AT&T Inc, Amazon, Alphabet Inc, Google, dan Roku Inc pada Jumat (23/2).

MDAGS meminta perusahaan-perusahaan tersebut untuk mendepak konten atau tayangan daring NRATV di platformnya masing-masing. Menurut MDAGS, NRATV adalah salah satu alasan mengapa masyarakat AS ingin selalu memiliki senjata api.

"Kami hanya muak dengan NRATV sejak awal. Ini mencoba mengadu orang Amerika satu sama lain, semua dalam upaya untuk melanjutkan agenda mereka, yakni menjual senjata," ujar pendiri MDAGS Shannon Watts.

MDAGS merupakan kelompok aktivis yang fokus pada isu pengontrolan senjata api. Kelompok ini didirikan di Connecticut pada 2012, tak lama setelah terjadinya insiden penembakan yang menewaskan 20 siswa kelas satu.

Kampanye menyerukan pengaturan pengontrolan senjata ini kembali ramai setelah terjadinya insiden penembakan di Majority Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, pada 14 Februari 2018 lalu. Kala itu, remaja bernama Nikolas Cruz (19 tahun) melepaskan tembakan secara brutal ke arah siswa-siswa di sekolah tersebut. Sebanyak 17 orang tewas akibat insiden ini.

Dalam aksi ini Cruz menggunakan senjata AR-15. Mirisnya, senjata ini berhasil didapatkan Cruz dengan cara yang legal atau sesuai prosedur walaupun usianya masih remaja.

David Hogg, salah satu korban yang selamat dari serangan Cruz, telah menggagas gerakan "NeverAgain". Gerakan ini bertujuan menyerukan dihentikannya kekerasan dan kejahatan senjata api.

Sama seperti MDAGS, Hogg akan membidik NRA dan perusahaan mitranya dalam gerakan NeverAgain. "Para siswa akan mengincar setiap perusahaan yang memiliki hubungan dengan NRA, di samping anggota parlemen yang menerima sumbangan," ujarnya.

Belum ada perusahaan-perusahaan mitra NRA yang menanggapi tentang kampanye dan gerakan anti-senjata api ini. Kendati demikian, sekitar 12 perusahaan dilaporkan telah memutuskan hubungan pemasaran dengan NRA.

Gelombang kritik dan protes terhadap NRA memang semakin masif di AS. Hal ini juga dipicu oleh sikap NRA yang cenderung kontra dan tak bersimpati terhadap kampanye para siswa Majority Stoneman Douglas High School terkait pengontrolan senjata.

Dalam aksinya, para siswa tersebut meminta pemerintah dan Kongres AS segera menerbitkan UU guna mengontrol peredaran dan kepemilikan senjata api. Namun NRA justru membalas kampanye tersebut dengan menyuarakan tentang hak memiliki senjata api.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement