Senin 26 Feb 2018 03:41 WIB

Unicef Ungkap Kondisi Terpuruk Anak-Anak Pengungsi Suriah

Kebutuhan dasar anak-anak Suriah tidak terpenuhi.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
 Seorang anak pengungsi Suriah berteriak usai berhasil menyeberangi lautan mencapai pantai Pulau Lesbos di Yunani. (REUTERS/Yannis Behrakis)
Seorang anak pengungsi Suriah berteriak usai berhasil menyeberangi lautan mencapai pantai Pulau Lesbos di Yunani. (REUTERS/Yannis Behrakis)

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef) menemukan kemiskinan menjadi penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anak-anak pengungsi Suriah yang berada di Yordania.

Unicef menyatakan 85 persen anak-anak pengungsi Suriah yang berada di Yordania hidup dalam kemiskinan. Sebanyak 38 persen dari mereka tidak bersekolah dan nyaris setengah yang berusia di bawah lima tahun tak punya akses memadai ke layanan kesehatan.

Perwakilan Unicef di Yordania, Robert Jenkis mengatakan, ini adalah studi terbaru dari enam studi yang akan Unicef lakukan terhadap keluarga pengungsi. Studi ini dilakukan dengan interval enam bulan sekali untuk memantau kondisi anak-anak pengungsi Suriah. ''Pesan luar biasa dari studi ini adalah keluarga-keluarga pengungsi Suriah menunjukkan peningkatan kerentanan di Yordania,'' kata Jenkis seperti dilansir Associated Press, Ahad (25/2).

Jenkis menyeru negara-negara donor untuk menaikkan donasi mereka seiring peningkatan kebutuhan di sana. Di Yordania, Unicef kekurangan dana sebesar 145,7 juta dolar AS untuk membiayai program anak.

Temuan Unicef ini didasarkan dari survei terhadap seribu keluarga dari total 660 ribu orang pengungsi terdata di Jordania. Sekitar 5,5 juta warga Suriah meninggalkan negara mereka sejak 2011. Sebagian besar mereka berdiam di negara-negara tetangga.

Studi ini juga menemukan, 94 persen anak-anak pengungsi yang berusia di bawah lima tahun kekurangan dua dari lima kebutuhan dasar hidup yakni layanan akses ke layanan kesehatan dan pendidikan dini. Dalam kelompok ini, 45 persen tak memiliki akses memadai ke layanan kesehatan, termasuk vaksinasi. Sementara di segmen anak-anak usia sekolah, 38 persennya tidak bersekolah dan 10 persen rawan pangan.

Menurut Ketua Perlindungan Anak Unicef di Yordania, Maha Homsi mengatakan, setelah beberapa tahun, keadaan yang memburuk memaksa para pengungsi bertahan dengan cara negatif, termasuk mengizinkan anak-anak perempuan di bawah 18 tahun untuk menikah. Tren bertahan dengan cara negatif ini terus meningkat.

Menurut Homsi, turunnya ekonomi Yordania, termasuk meningkatnya harga dan pengangguran pada ujungnya memengaruhi pula para pengungsi.

Baca juga: Resolusi Gencatan Senjata PBB tak Mempan di Ghouta Suriah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement