Selasa 05 Dec 2017 13:05 WIB

Pangeran Saudi: Langkah AS Bahayakan Perdamaian

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Yerusalem
Foto: AP
Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Duta Besar Arab Saudi untuk Washington mengatakan pengumuman status Yerusalem akan mengancam proses perdamaian dan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut. Terlebih Presiden AS Donald Trump disebut akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sebelum ada penyelesaian akhir dari konflik Palestina-Israel.

"Pengumuman Amerika mengenai status Yerusalem sebelum penyelesaian akhir tercapai, akan membahayakan proses perdamaian dan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut," ujar Pangeran Khalid bin Salman bin Abdulaziz, dalam sebuah pernyataan.

"Kebijakan Kerajaan masih sama untuk terus mendukung rakyat Palestina, dan hal ini telah dialihkan ke pemerintah AS," kata dia seperti dikutip Al-Arabiya.

Gedung Putih mengatakan Presiden Trump tidak akan mengumumkan keputusannya pada Senin (4/12). Namun keputusan mengenai status Yerusalem akan dibuat dalam beberapa hari mendatang.

Juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley memberikan pernyataan kepada wartawan di atas Air Force One saat Trump kembali dari perjalanan ke Utah. Ia mengatakan, Presiden masih harus mengambil keputusan apakah akan kembali menunda pemindahan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Trump belum memutuskan apakah akan menandatangani surat penundaan pemindahan kedutaan selama enam bulan lagi. Setiap presiden AS terdahulu telah melakukannya sejak Kongres mengeluarkan undang-undang tentang masalah tersebut pada 1995.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement