Kamis 07 Dec 2017 01:18 WIB

Erdogan Hubungi Sejumlah Pemimpin Negara Terkait Yerusalem

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Budi Raharjo
(File Foto) Suasana Dome of The Rock di kompleks Al Aqsa, Yerusalem, Palestina beberapa waktu lalu. Pejabat senior Pemerintahan Trump mengabarkan Trump akan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan memindahkan kedutaan besarnya ke kota tua ini.
Foto: Oded Balilty/AP
(File Foto) Suasana Dome of The Rock di kompleks Al Aqsa, Yerusalem, Palestina beberapa waktu lalu. Pejabat senior Pemerintahan Trump mengabarkan Trump akan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan memindahkan kedutaan besarnya ke kota tua ini.

REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan panggilan telepon dengan pemimpin Iran, Tunisia, dan Malaysia, pada Rabu (6/12). Ia membahas mengenai rencana AS yang akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Menurut sumber kepresidenan yang diperoleh Anadolu, Erdogan mengatakan kepada Presiden Iran Hassan Rouhani, Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi, dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, bahwa langkah tersebut akan mengganggu proses perdamaian di Timur Tengah.

Trump dikabarkan akan secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu (6/12) waktu setempat. AS juga akan memulai persiapan untuk memindahkan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke kota tersebut.

Warga Palestina, Arab, dan negara-negara Muslim lainnya memperingatkan, pengakuan sepihak Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan melepaskan kemarahan masyarakat luas. Langkah ini dianggap sebagai kebuntuan terhadap proses perdamaian.

Yerusalem telah menjadi inti konflik antara Israel dan Palestina. Orang-orang Palestina berharap Yerusalem Timur, yang saat ini diduduki oleh Israel, pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina yang merdeka di masa depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement