Ahad 10 Dec 2017 07:06 WIB

Ribuan Warga Israel Unjuk Rasa Kasus Korupsi Netanyahu

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Bayu Hermawan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: Reuters
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Ribuan warga Israel melakukan unjuk rasa di Tel Aviv pada Sabtu (9/12) selama dua pekan berturut-turut untuk memprotes kasus korupsi yang menjerat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Polisi memperkirakan jumlah demonstran sekitar 10 ribu orang dan mereka semua sebelumnya juga mengikuti unjuk rasa pada Sabtu lalu.

Netanyahu saat ini berada di bawah penyelidikan kriminal atas tuduhan penyalahgunaan jabatan. Pemimpin yang telah menjabat selama empat periode ini diduga terlibat dalam dua kasus.

 

Kasus pertama adalah, ia diduga menerima hadiah dari pengusaha kaya. Sedangkan dalam kasus yang kedua, ia diduga terlibat dalam negoisasi kesepakatan dengan pemilik surat kabar dengan imbalan pembatasan pemberitaan terhadap pesaingnya.

 

Jika dituntut, Netanyahu akan mendapat tekanan kuat untuk mengundurkan diri. Ia juga bisa menyerukan pemilihan umum untuk menguji apakah dia masih memiliki kepercayaan untuk memerintah.

 

Partai Likud sayap kanan Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan di Facebook, demonstrasi tersebut merupakan demonstrasi yang dilakukan oleh sayap kiri. Partai meminta semua warga Israel untuk mendukung perdana menteri mereka yang saat ini tengah membela Israel di hadapan kritik internasional setelah Presiden AS Donald Trump menerima Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

 

"Alih-alih bersatu dengan semua orang di belakang Yerusalem dan menunjukkan kepada dunia sebuah persatuan, sayap kiri justru tidak dapat menahan diri dan lebih memilih untuk menciptakan perpecahan," tulis pernyataan itu.

 

Selama berminggu-minggu unjuk rasa, para pemrotes telah menyatakan mereka adalah pendukung partai sayap kiri dan kanan. Pada Sabtu (9/12), mereka memegang spanduk yang bertuliskan: "Baik kiri, maupun kanan (kami menuntut) integritas," "Kami muak dengan koruptor (politisi)" dan "Sapu orang-orang yang korup."

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement