Kamis 28 May 2015 22:20 WIB

Banyak Warga Yaman Pasrah Menunggu Kematian

Rep: C32/ Red: Ilham
Perang terus terjadi di berbagai penjuru wilayah di Yaman.
Foto: Reuers
Perang terus terjadi di berbagai penjuru wilayah di Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, SANA’A -- Worlds Health Organization (WHO) menyatakan, sekitar 2 ribu orang meninggal sejak awal konflik di Yaman. Tak hanya itu, sebanyak 8 ribu orang terluka, termasuk perempuan dan anak.

Seperti dilansir Yemen Times pada Kamis (28/5), banyak warga Yaman yang menjadi korban dari perang tersebut pasrah. “Kami adalah orang-orang sekarat, para pemimpin yang korupsi, kita tidak mempunyai aliansi untuk setiap partai politik. Kita menderita, tak peduli tentang Houthi tapi ada serangan yang menghantam rumah kami dan membunuh anak-anak. Kami hanya ingin hidup,” kata seorang pria 55 tahun yang kehilangan rumah dan tiga anggota keluarga selama konflik.

Selain itu, menurut WHO, hampir 8,6 juta orang membutuhkan bantuan medis. Hal tersebut dikarenakan rumah sakit dan pusat kesehatan di seluruh negeri belum mampu mengatasi peningkatan jumlah orang yang membutuhkan perawatan medis, terutama mereka yang datang dalam kondisi kritis.

Dokter dan staf medis mengatakan situasi tersebut tidak memungkinkan dilakukannya operasi pada pasien. Kurangnya staf, kekurangan bahan bakar, dan kurangnya obat-obatan dan tempat tidur menjadi kendala setiap hari.

"Bibi saya memiliki gagal ginjal. Pusat medis mengatakan tidak bisa menangani karena tidak ada listrik dan tidak ada bahan bakar. Sementara bibi saya tidak pergi kemana-mana selama seminggu, dia hanya duduk menunggu mati,” kata Laila yang sedang berusaha untuk menemukan pusat medis lain untuk bibinya.

Banyak pasien yang menghadapi masalah yang sama. Meskipun bantuan terus mengalir ke Yaman dari organisasi dan negara yang berbeda, hal tersebut masih tidak cukup karena permintaan yang jauh lebih tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement