Kamis 02 Jul 2015 03:03 WIB

1.200 Napi Yaman, Termasuk Alqaidah, Kabur dari Penjara

Rep: c34/ Red: Satya Festiani
Tentara Yaman mengacungkan senjata di area yang berhasil direbut dari milisi Alqaidah di selatan Provinsi Shabwa, Kamis (8/5).
Foto: AP Photo/Yemen's Defense Ministry/c
Tentara Yaman mengacungkan senjata di area yang berhasil direbut dari milisi Alqaidah di selatan Provinsi Shabwa, Kamis (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Lebih dari 1.200 tahanan melarikan diri dari penjara Taiz, Yaman, Selasa (30/6) malam. Sebagian di antaranya adalah para militan Alqaidah.

Pelarian besar-besaran itu terjadi karena para penjaga meninggalkan pos mereka. Seorang pejabat keamanan mengatakan kepada kantor berita negara Saba, sipir-sipir itu panik setelah terperangkap dalam baku tembak antara pasukan pemberontak Houthi dan lawan lokal.

Para ahli mengatakan, pelarian penjara itu berbahaya karena terjadi dalam skala besar. Terlebih, insiden itu terjadi di salah satu kota yang tadinya paling aman di Yaman.

"Ini adalah salah satu insiden pelarian penjara terbesar dalam sejarah Yaman dan menjadi tanda betapa besar kerusakan keamanan yang ada," kata Adam Baron, staf Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, seperti yang dikutip dari telegraph.co.uk, Rabu (1/7).

Sebelumnya, Alqaidah di Semenanjung Arab (AQAP) dilaporkan telah berulang kali menargetkan penjara di negara itu. Pada April 2015,  mereka menyerbu sebuah penjara di tenggara kota Mukalla dan melepaskan pimpinan militan senior dan ratusan tahanan lainnya.

Perang panjang di Yaman telah menyebabkan jumlah korban tewas yang terus meningkat hingga 3.000 jiwa. Negara yang telah lama berjuang dengan kemiskinan dan kelaparan itu semakin terpuruk sejak perang meletus.

PBB menyatakan, krisis kemanusiaan Yaman telah mencapai level 3, tingkatan yang terparah. Apalagi, Arab Saudi dan sekutu Arab mempertahankan blokade laut pada Yaman sehingga mencegah makanan, bahan bakar, dan obat-obatan masuk ke negara itu.

Dalam sebuah laporan, PBB merilis bahwa setiap harinya terdapat 11 kematian dan 150 kasus baru demam berdarah di Yaman. "Ini adalah situasi yang mengerikan, orang tak memiliki apa-apa lagi. Mereka telah terputus dari dunia," kata Shahin Amman, juru bicara Palang Merah di Yaman.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement