Rabu 05 Aug 2015 05:45 WIB

Pejuang Anti-Houthi Rebut 10 Desa di Yaman Selatan

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Bilal Ramadhan
Kelompok Houthi menyerang kilang minyak Buraiqah di Aden, Yaman, Sabtu (27/6).
Foto: reuters
Kelompok Houthi menyerang kilang minyak Buraiqah di Aden, Yaman, Sabtu (27/6).

REPUBLIKA.CO.ID, LAHEJ -- Setelah berhasil merebut pangkalan udara militer terbesar di Yaman, Al Anad, pada awal pekan ini, pasukan anti-Houthi kembali berhasil merebut sekitar 10 desa di wilayah selatan Yaman pada Rabu (5/8) waktu setempat.

Aksi ini seolah melengkapi keberhasilan pasukan anti-Houthi saat sukses merebut Aden dari pemberontak Houthi, yang disokong pemerintah Iran.Dalam beberapa hari terakhir, pertempuran antara pasukan anti-Houthi, yang masih loyal dengan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, dengan milisi pemberontak Houthi memang terus pecah di kawasan selatan Yaman.

Terakhir, pertempuran sengit sempat terjadi di wilayah Provinsi Lahej, salah satu provinsi terbesar di Yaman Selatan.Keberhasilan merebut Al Anad dan Aden seolah menjadi momentum bagi pasukan anti-Houthi untuk terus mendesak posisi pemberontak Houthi.

''Langkah selanjutnya bagi milisi perlawanan rakyat dan tentara, setelah membebaskan kota Aden, adalah membersihkan provinsi Abyan dan Lahej,'' ujar salah satu komandan pasukan anti-Houthi seperti dikutip Reuters, Selasa (4/8).

Tidak hanya itu, demi mendukung upaya pembebasan sejumlah desa tersebut, ribuan pejuang dan milisi telah mendarat di Aden pada Senin (3/8) waktu setempat. Para pejuang dan milisi itu telah mendapatkan pelatihan secara khusus oleh Arab Saudi dan sejumlah negara jazirah arab.

Negara-negara Arab memang sempat memberikan bantuan kepada pemerintah Yaman guna menghentikan pergerakan pemberontak Houthi, yang berhasil merebut ibukota Yaman, Sanaa, pada September 2014 silam. Bahkan, Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi sempat menyelamatkan diri menuju Arab Saudi.

Sejak bantuan militer dan operasi udara, yang diprakarsai Arab Saudi, Maret silam, posisi pemberontah Houthi memang terus terdesak. Paling tidak dalam empat bulan terakhir ada ratusan serangan udara yang dipimpin koalisi Arab Saudi terhadap markas-markas pemberontak Houthi. Berbagai serangan udara dan pertempuran itu pun menyebabkan setidaknya 4.000 korban jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement