Kamis 22 Feb 2018 08:38 WIB

Serangan Dahsyat di Ghouta Hancurkan Banyak Keluarga Suriah

Ini merupakan pengeboman paling hebat selama tujuh tahun perang saudara Suriah.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Gita Amanda
Warga terluka dan terjebak dalam reruntuhan bangunan akibat serangan udara pasukan pemerintah Suriah di Ghouta, pinggiran Damaskus, Suriah, Selasa (20/2).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Warga terluka dan terjebak dalam reruntuhan bangunan akibat serangan udara pasukan pemerintah Suriah di Ghouta, pinggiran Damaskus, Suriah, Selasa (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sebuah serangan udara dahsyat menghantam Ghouta Timur, Suriah pada Rabu (21/2) waktu setempat. Ini menjadi insiden pengeboman terbesar yang terjadi selama tiga hari berturut-turut.

Tim penyelamatan segera mengevakuasi lokasi kejadian untuk berusaha menyelamatkan banyak nyawa yang mungkin masih bisa tertolong. Mereka menarik empat anak dari dalam gedung yang menjadi target pengeboman tersebut. Keempat anak itu selamat, namun ayah mereka meninggal dunia, dan kini mereka menjadi anak yatim.

Seorang tetangga yang tinggal tidak jauh dari lokasi keempat anak itu, Mohammed Abu Anas, membantu menggali puing-puing bangunan. Lalu dia berlari melalui lorong-lorong yang berantakan untuk meminta pertolongan kepada tim medis. Dia berlari sambil menggendong seorang anak yang berdarah-darah dalam pelukannya.

"Ada ketakutan dan penderitaan di kalangan orang-orang di sini, ada ratusan syahid dan terluka," ujarnya, dikutip The Jordan Times.

Seorang anak kecil digali dari puing-puing, darah menetes dari luka di wajahnya, dia selamat dari serangan itu. Adiknya, juga hidup, disandarkan di pundak seorang pekerja penyelamat, wajahnya dan syal kepala putih dari debu. Dua saudara lainnya juga selamat.

Keluarga Santiha, mereka telah terkoyak oleh pengeboman. Dua tahun yang lalu, ibu anak tersebut terbunuh di rumah mereka di Jobar, sebuah distrik di antara Ghouta Timur dengan Damaskus.

Serangan udara pada Rabu itu membunuh ayah mereka, Majid Santiha, dan tubuhnya terbawa dengan tandu. Paman mereka datang ke pusat medis tempat mereka dan mayat ayah mereka diambil. Dia sekarang akan membesarkan mereka.

Presiden Suriah Bashar Assad ingin mengambil kembali Ghouta Timur, yang merupakan wilayah lahan pertanian dan kota-kota di luar Damaskus yang merupakan daerah kantong oposisi terbesar yang tersisa di dekat ibu kota.

Rezim dan sekutunya Rusia mengatakan bahwa mereka mencoba untuk menghindari korban sipil dari serangan udara dan artileri mereka di distrik tersebut. Mereka mengatakan serangan tersebut diperlukan untuk mencegah tembakan mortir ke Damaskus.

Namun pada kenyataannya tembakan, roket, serangan udara dan bom laras yang melanda Ghouta Timur sejak Ahad malam itu merupakan pengeboman paling hebat selama tujuh tahun perang saudara tersebut. Sejauh ini korban tewas sudah mencapai lebih dari 300 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement