Ahad 11 Mar 2018 20:23 WIB

Korban Tewas di Ghouta Timur Lebih dari 1.000 Orang

Kenaikan jumlah korban tewas muncul di tengah klaim adanya serangan kimia.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
Kelompok Syrian Civil Defense menolong seorang warga yang terluka setelah serangan udara terjadi di Ghouta, Damaskus, Suriah, Kamis (1/3).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Kelompok Syrian Civil Defense menolong seorang warga yang terluka setelah serangan udara terjadi di Ghouta, Damaskus, Suriah, Kamis (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Tentara Suriah dan kelompok pemberontak kembali bertempur pada Ahad (11/3) dini hari waktu setempat di Ghouta Timur. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menyebutkan pertempuran yang telah memasuki hari ke-21 itu telah menelan 1.099 korban jiwa.

Dari 1.099 korban tewas tersebut termasuk di antaranya 227 anak dan 154 perempuan. Sedangkan korban terluka sedikitnya 4.378 orang.

"Pesawat tempur menutupi langit di Ghouta Timur kemarin. Penembakan itu difokuskan pada tempat penampungan dan masjid bawah tanah dan tempat persembunyian orang, karena pengeboman yang terus-menerus," Abdelmalik Aboud, seorang aktivis di kota Douma, mengatakan kepada Aljazirah, Ahad (11/3).

Kenaikan jumlah korban tewas ini muncul di tengah klaim adanya serangan kimia lain semalam di kota Arbin di Ghouta Timur, di pinggiran ibu kota Damaskus. Menurut kelompok relawan penyelamatan Pembela Sipil Suriah atau lebih dikenal sebagai White Helmets, menyebutkan pemerintah Suriah memukul Irbin dengan gas klorin, bom fosfor dan napalm.

Ini adalah serangan kimia kedua yang diduga terjadi dalam hitungan hari tersebut. Pada Rabu malam, aktivis di perumahan kota Hamouriyah merilis video yang muncul untuk menunjukkan dijatuhkannya bom fosfor. Video tersebut juga menunjukkan banyak korban berjuang untuk bernafas.

Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad membantah klaim tersebut. Dia membantahnya dalam konferensi pers di Damaskus pada Kamis.

"Teroris yang mengendalikan daerah tersebut dan mereka yang mendukungnya yang harus dimintai pertanggungjawaban," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement