Selasa 17 Apr 2018 17:02 WIB

Israel tak Mau Membatasi Serangan di Suriah

Israel menghindari perselisihan dengan Rusia yang mendukung Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: Letnan john Matthew Daniels / Angkatan Laut AS melalui AP
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan Rusia tidak bisa membatasi tindakan yang diambil Israel terhadap Suriah. Israel akan melakukan apapun guna melindungi keamanan nasionalnya.

"Kami akan mempertahankan kebebasan bertindak sepenuhnya. Kami tidak akan menerima pembatasan apapun ketika menyangkut pembelaan terhadap kepentingan keamanan kami," kata Lieberman pada Senin (16/4), dikutip laman Al Araby.

Kendati demikian, Israel tidak akan memprovokasi Rusia yang menjadi sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad. "Kami memiliki jalur komunikasi terbuka di tingkat perwira senior. Orang-orang Rusia memahami kami dan faktanya adalah selama bertahun-tahun kami berhasil menghindari perselisihan dengan mereka," ujar Lieberman.

Ia mengatakan Israel memiliki perhatian khusus terkait Suriah, terutama terkait kehadiran militer Iran di negara tersebut. Lieberman menganggap Iran merupakan ancaman serius bagi keamanan nasional Israel.

"Kami tidak akan mentoleransi kekuatan militer Iran yang signifikan di Suriah dalam bentuk pelabuhan militer, bandara, atau penyebaran persenjataan yang canggih," ucapnya.

Pada 9 April lalu, tujuh personel Iran termasuk di antara 14 orang tewas akibat serangan di pangkalan udara T-4 di Suriah. Iran dan Rusia menyalahkan Israel atas serangan tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin kemudian meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak mengambil tindakan apa pun yang dapat membuat situasi di Suriah semakin kacau. Israel tidak membantah atau mengaku bertanggung jawab atas terjadinya serangan di pangkalan udara T-4. Kendati demikian Israel telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak akan menerima Iran membangun kekuatan militernya di Suriah.

Netanyahu diketahui mendukung total aksi serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis ke Suriah pekan lalu. Serangan tersebut menargetkan fasilitas-fasilitas militer yang diyakini menjadi pusat pengembangan senjata kimia rezim Assad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement