REPUBLIKA.CO.ID, Pertemuan Pemimpin Kelompok 20 (G-20) akan dibuka di Toronto, Kanadamulai besok hingga Ahad. Apa agendanya?
Dalam dua kali KTT G-20 tahun lalu, krisis ekonomi menjadi fokus diskusi. Situasi dewasa ini mengalami perbaikan nyata sebagai hasil upaya bersama para ekonomi utama di dunia. Wakil Ketua Yayasan Perdamaian Internasional Carnegie Amerika Serikat, Douglas Paal menyatakan, dibanding satu tahun lalu, situasi yang dihadapi G-20 sekarang ini sudah jauh berbeda, maka topik bahasan KTT Toronto juga tidak sama.
"Pada masa krisis ekonomi, KTT G-20 menetapkan target penyeimbangan ekonomi global, kini kita sudah berada dalam situasi yang berbeda dengan dulu. Apa yang perlu kita lakukan di KTT Toronto adalah mengukuhkan hasil-hasil yang sudah dicapai. Namun berhubung krisis utang Yunani, maka KTT juga akan membahas isu-isu yang berkaitan dengan kawasan euro," ujarnya.
Sejumlah laporan menunjukkan, ekonomi global sedang berangsur-angsur menuju stabilisasi. Maka ada opini yang berpendapat bahwa G-20 sebagai mekanisme dialog penanganan krisis ekonomi akan menjadi sepi dengan semakin menjauhnya krisis.
Namun banyak ilmuwan terkemuka tidak sependapat dengan pandangan itu. Kepala Pusat Kerjasama Internasional Universitas New York Bruce Jones menyatakan, G-20 akan tetap memiliki banyak ruang kerjasama meski ekonomi global kembali memasuki jalur perkembangan lebih cepat.
"Kita tetap bisa bekerjasama di banyak bidang, antara lain di bidang finansial, pemeliharaan perdamaian, pemberantasan bajak laut dan perdagangan. Kerjasama dapat dilakukan di semua bidang," ujarnya."
Bruce Jones berpendapat, dunia sedang berada dalam perubahan konfigurasi. Di ranah ini, G-20 meski memiliki ruang cukup luas untuk berkembang, namun masih sulit menjadi kerangka kerja dialog multilateral satu-satunya di dunia menggantikan kelompok 8 (G-8). "Tapi beberapa tahun ke depan, situasi ini mungkin akan berubah."
Ikuti Whatsapp Channel Republika
