Rabu 26 Sep 2018 15:31 WIB

Erdogan Bertemu Trump di Sela Pertemuan PBB

Hubungan Turki dan AS memanas karena kasus pastor Andrew Brunson.

Red: Nur Aini
 Presiden AS Donald Trump mengantar Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke mobilnya usai mengunjungi Gedung Putih di Washington, Selasa, 16 Mei 2017.
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Presiden AS Donald Trump mengantar Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke mobilnya usai mengunjungi Gedung Putih di Washington, Selasa, 16 Mei 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan diketahui bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di sela-sela pertemuan tahunan para pemimpin dunia pada Selasa (25/9) waktu setempat. Kedua pemimpin yang pernah bersitegang bahkan mungkin hingga kini itu melakukan obrolan singkat sebelum Erdogan berbicara di Majelis Umum PBB.

Hal itu dikatakan oleh Fahrettin Altun melaui Twitter lengkap dengan foto-foto di akun pribadinya. Dalam foto tersebut terlihat Trump berjabat tangan dengan Erdogan. Istri Trump, Melania, juga ikut bergabung dalam obrolan mereka.

Sekitar beberapa menit, Erdogan kemudian bergerak ke podium Majelis Umum untuk menyampaikan pidatonya. Kejadian itu merupakan kali pertama kedua pemimpin bertemu setelah hubungan memburuk sebab penahanan pastor Andrew Brunson yang dituduh Turki teroris.

Dalam pidatonya, Presiden Erdogan mengkritik penggunaan sanksi ekonomi yang diberlakukan beberapa negara kepada Turki. Erdogan menyayangkan penggunaan sanksi ekonomi tersebut sebagai sebuah 'senjata'.

"Tidak satu pun dari kita tetap diam terhadap pembatalan perjanjian komersial secara sewenang-wenang. Penyebaran prevalensi, proteksionisme, dan penggunaan sanksi ekonomi sebagai senjata," kata Erdogan dalam sidang PBB, seperti dikutip laman AFP, Rabu (26/8).

Erdogan menjelaskan, hubungan antara Washington dan Ankara pun telah mencapai titik terburuk pada Agustus 2018 ketika Presiden Trump mengumumkan tarif baru untuk baja dan aluminium Turki karena kasus Brunson.

Dari situ pula, lira Turki merosot di pasar mata uang. Hal itu memicu kekhawatiran dan krisis ekonomi besar-besaran di Turki. "Tidak ada yang ingin dunia mengalami perpecahan ekonomi baru," kata Erdogan.

Erdogan memang tidak secara langsung menuduh AS, tetapi menunjuk ke negara-negara yang terus berusaha menimbulkan kekacauan. "Sangat mudah menciptakan kekacauan, tetapi sulit untuk menegakkan kembali ketertiban, dan hari ini beberapa negara terus berusaha menciptakan kekacauan," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement