Kamis 16 Nov 2017 08:44 WIB

Macron Undang Hariri dan Keluarganya ke Prancis

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
President Emmanuel Macron berjalan menuju Pusara pahlawan tak dikenal di Arc de Triomphe, Paris, Senin (15/5) dini hari.
Foto: Alain Jocard/Pool/Reuters
President Emmanuel Macron berjalan menuju Pusara pahlawan tak dikenal di Arc de Triomphe, Paris, Senin (15/5) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Mantan Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri dan keluarganya akan berkunjung ke Prancis dalam beberapa hari mendatang. Sebuah sumber kepresidenan Prancis mengatakan pada Rabu (15/11), Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengundangnya sebagai upaya untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah.

Berbicara di Kota Bonn, Jerman, setelah konferensi iklim, Macron mengatakan undangannya bukanlah tawaran pengasingan untuk Hariri. Hariri telah mengumumkan pengunduran dirinya secara mendadak sebagai perdana menteri 11 hari yang lalu dari ibu kota Arab Saudi, Riyadh.

"Tidak, sama sekali tidak, saya harap Lebanon akan stabil, dan pilihan politik harus sesuai dengan peraturan kelembagaan. Kami membutuhkan Lebanon yang kuat yang integritas teritorialnya dihormati. Kami membutuhkan pemimpin yang bebas membuat pilihan sendiri dan bebas berbicara," kata Macron.

Presiden Lebanon Michel Aoun, yang menolak menerima pengunduran diri Hariri, menuduh Arab Saudi telah menahan Hariri sebagai sandera. Ia bahkan menyebut hal ini sebagai tindakan agresi.

Undangannya disampaikan Macron setelah dia berbicara dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Hariri melalui telepon. Arab Saudi telah menolak tuduhan menahan Hariri atau memaksanya mengundurkan diri.

Prancis memiliki hubungan dekat dengan Lebanon. Lebanon berada di bawah kendali Perancis saat perang dunia. Hariri juga memiliki sebuah rumah di Prancis dan pernah menghabiskan beberapa tahun di negara tersebut. Ayahnya, Rafik, adalah teman dekat mantan Presiden Prancis Jacques Chirac.

Undangan Prancis ini menjadi sesuatu yang tidak terduga sebelumnya. Seorang juru bicara pemerintah Prancis bahkan sebelumnya meminta Hariri untuk kembali ke Beirut untuk menegaskan pengunduran dirinya.

Sejumlah diplomat Prancis di Paris mengatakan Macron telah menemukan cara mengeluarkan Hariri dari Arab Saudi tanpa ada pihak yang harus kehilangan muka. Namun mereka mempertanyakan bagaimana hal ini akan berlangsung dalam waktu jangka panjang.

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, juga telah tiba di Riyadh pada Rabu (15/11) malam untuk melalukan makan malam bersama Putra Mahkota Mohammed. Ia juga dijadwalkan akan bertemu dengan Hariri pada Kamis (16/11) siang.

Pada Rabu (15/11), di akun Twitter pribadinya Hariri kembali menulis dia akan segera kembali ke Beirut. Namun tidak jelas apakah dia akan berhenti di Beirut sebelum melakukan perjalanan ke Paris.

Arab Saudi telah lama dianggap sebagai pendukung utama Hariri. Sementara Aoun adalah sekutu politik Hizbullah Lebanon, kelompok Muslim Syi'ah yang kuat yang memiliki hubungan dekat dengan Iran.

Pemerintahan koalisi Lebanon dibentuk tahun lalu melalui sebuah kesepakatan politik yang menunjuk Aoun sebagai presiden, Hariri sebagai perdana menteri, dan anggota Hizbullah di kabinet.

Macron pekan lalu singgah di Riyadh dalam perjalanan pulang dari Teluk untuk menemui Putra Mahkota Mohammed. Ia juga telah berbicara dengan Aoun dan menteri luar negeri Lebanon di Paris pada Selasa (14/11).

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement