Rabu 29 Nov 2017 00:57 WIB

Rusia Khawatirkan Ketegangan di Teluk Arab

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agus Yulianto
Sergey Lavrov
Foto: AP
Sergey Lavrov

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negaranya sangat prihatin dengan ketegangan dan krisis yang saat ini tengah membekap Teluk Arab. Menurutnya, konflik kepentingan yang menjadi pemicu terjadinya krisis berpotensi menghancurkan kerja sama multilateral yang telah terbangun.

"Kami khawatir tentang meningkatnya ketegangan di antara negara-negara Teluk, tidak hanya terhadap Iran tapi juga di antara monarki Arab," kata Lavrov dalam pertemuan Dewan Urusan Internasional Rusia di Moskow, Selasa (28/11), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Menurutnya, pergolakan yang terjadi di antara negara-negara Arab saat ini, membuat krisis kemanusiaan di beberapa negara di sama semakin parah. "Dalam keadaan seperti ini, krisis serius di Libya, Irak, dan Yaman terus berlanjut," katanya.

Hal ini, kian diperburuk dengan masih adanya kelompok milisi atau teroris yang menebar ancaman di beberapa negara Arab. "Meskipun teroris yang aktif di sana telah mengalami pukulan yang signifikan, pengalaman bermanfaat yang didapat oleh berbagai kekuatan belum menghasilkan koalisi kontraterorisme global yang didukung PBB," ujar Lavrov.

Bila situasi di wilayah Arab tak berubah dan kian memburuk, Lavrov menilai, hal tersebut berpotensi merusak kesepakatan dan kerja sama multilateral yang telah tercapai, salah satunya, misalnya, adalah kesepakatan nuklir Iran. "Beberapa kesepakatan besar yang kami anggap sebagai contoh kerja sama multilateral yang konstruktif sekarang dalam bahaya," kata Lavrov.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement