Ahad 22 Apr 2018 18:52 WIB

Polisi Malaysia Autopsi Jenazah Profesor Gaza

Pembunuhan al-Batsh adalah masalah internasional.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Polisi Diraja Malaysia  (ilustrasi)
Foto: EPA/FAZRY ISMAIL
Polisi Diraja Malaysia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Otoritas Malaysia pada Ahad (22/4) melakukan autopsi terhadap jenazah Fadi al-Batsh (35 tahun), akademisi Gaza yang tewas dibunuh di Kuala Lumpur. Kepala polisi Kuala Lumpur Mazlan Lazim mengatakan pembunuhan al-Batsh adalah masalah internasional yang sedang diselidiki dari semua sudut.

"Kami sedang menyelidiki dari semua sudut. Kami harus menyelidiki dengan sangat hati-hati dan mendalam. Ini adalah masalah internasional," kata Lazim, seperti dilaporkan laman Aljazirah.

Kelompok Hamas yang berkuasa di Gaza mengatakan al-Batsh adalah anggota penting organisasi itu. Mereka menuduh badan intelijen Israel, Mossad berada di balik pembunuhannya.

Hamas menyebut al-Batsh sebagai anggota yang setia. Menurut kelompok itu, al-Batsh adalah ilmuwan muda Palestina yang telah membuat kontribusi penting dan banyak berpartisipasi dalam forum internasional di bidang energi.

Hamas awalnya belum menyalahkan Israel, dengan mengatakan al-Batsh diduga telah dibunuh pengkhianat. Namun, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh kemudian menuduh Mossad telah membunuh al-Batsh dan ia mengancam akan melakukan pembalasan.

"Mossad tidak jauh dari kejahatan tercela dan mengerikan ini," ujar Haniyeh kepada The Associated Press pada Sabtu (21/4). Ia segera mengunjungi rumah al-Batsh di Jabaliya, Jalur Gaza, untuk mengucapkan belasungkawa.

Otoritas Israel belum mengomentari tuduhan itu. Para pejabat Israel jarang membuat pernyataan tentang aktivitas agen intelijen yang dituduhkan.

Berbicara kepada Aljazirah di Gaza, ayah al-Batsh juga meminta pihak berwenang Malaysia untuk menyelidiki kasus pembunuhan anaknya. Menurut kantor berita Bernama, Wakil Perdana Menteri Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi, mengatakan para tersangka diyakini orang Eropa yang memiliki hubungan dengan agen intelijen asing.

Al-Batsh sedang berjalan dari apartemennya untuk menunaikan sholat subuh di sebuah masjid lokal di pinggiran Gombak di Kuala Lumpur. Dia kemudian ditembak oleh dua pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor.

Di tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan ada 14 peluru yang telah ditembakkan ke arah korban, beberapa di antaranya mengenai dinding. Di Kuala Lumpur, Mohammad Shedad (17) seorang mahasiswa yang juga kerabat korban, menyalahkan Mossad atas insiden pembunuhan itu.

"Ini benar-benar aksi Mossad. Fadi adalah orang yang sangat pintar, siapa pun yang pintar adalah ancaman bagi Israel. Fadi adalah anggota Hamas dan tahu bagaimana cara membuat roket. Jadi [Israel] pikir dia berbahaya," ungkap Shedad.

Al-Batsh meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak yang masih kecil. Dia telah tinggal di Malaysia selama 10 tahun terakhir. Ahmad Abu Bakar (33) seorang mahasiswa asing yang belajar di Malaysia, mengatakan dia telah mengenal korban selama dua tahun belakangan ini.

"Dia ramah dan dia berkhotbah tentang hal-hal baik. Dia tidak pernah menyebarkan kebencian. Saya terkejut dengan pembunuhan itu," kata dia.

Pada Desember 2016, ahli pesawat tak berawak Palestina, Mohamed al-Zawari, juga ditembak mati di Tunisia. Hamas telah menuduh Israel membunuhnya. Israel secara luas diyakini telah membunuh banyak aktivis Palestina, banyak dari mereka berada di luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement