Selasa 26 Jun 2018 14:44 WIB

Sekjen PBB Minta Dunia tak Tinggalkan UNRWA

UNRWA sangat membutuhkan dana untuk pengungsi Palestina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Sekjen PBB Antonio Guterres.
Foto: EPA
Sekjen PBB Antonio Guterres.

REPUBLIKA.CO.ID,  NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta dunia tidak meninggalkan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Menurut Guterres saat ini UNRWA betul-betul membutuhkan aliran dana guna memastikan kebutuhan dasar pengungsi Palestina terpenuhi.

"Kita harus melakukan semua yang mungkin untuk memastikan bahwa makanan terus berdatangan, sekolah tetap buka, dan orang-orang tidak kehilangan harapan," kata Guterres ketika menghadiri konferensi UNRWA pada Senin (25/6), dikutip laman Anadolu Agency.

Ia mengatakan, jutaan pengungsi Palestina yang tersebar di beberapa negara di Timur Tengah menggantungkan hidupnya dari bantuan PBB. Mereka mengandalkan PBB untuk meringankan penderitaan dan membantu guna membangun masa depan yang lebih baik.

Oleh sebab itu ia mendorong negara-negara dunia untuk berkontribusi membantu UNRWA.  "Saya mendorong Anda semua untuk bergabung bersama guna menutup kesenjangan pendanaan UNRWA," ujar Guterres.

Baca juga,  Uni Eropa Tegaskan Dukungan untuk UNRWA.

Duta Besar Turki untuk PBB Feridun Sinirlioglu mengatakan, misi penting UNRWA memang membutuhkan komitmen dan sokongan yang lebih kuat dari komunitas internasional.

"Kita harus menempatkan UNRWA pada jalur menuju pembiayaan yang cukup, dapat diprediksi, dan berkelanjutan guna memungkinkan lembaga tersebut memenuhi mandatnya," ujarnya,

Sinirlioglu menyatakan Turki akan terus mendukung dan menyokong UNRWA. "Turki adalah dan akan tetap menjadi pendukung kuat;" ujarnya.

Saat ini UNRWA memang sedang mengalami krisis pendanaan. Hal ini terjadi setelah Amerika Serikat (AS) memutuskan menangguhkan sebagian besar bantuannya untuk lembaga tersebut. Tahun ini AS menyiapkan dana sebesar 125 juta dolar untuk UNRWA. Namun Washington hanya mencairkan 60 juta dolar saja dan membekukan sisanya.

Hal tersebut dilakukan karena perselisihan Otoritas Palestina dengan Pemerintah AS. Setelah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Palestina enggan melanjutkan perundingan perdamaian yang dimediasi AS.

Padahal AS menghendaki hal sebaliknya. Dipangkasnya bantuan untuk UNRWA disebut-sebut merupakan cara AS untuk kembali menyeret Palestina ke dalam perundingan damai dengan Israel.

Kepala UNRWA Pierre Krahenbuhl mengatakan pascapemangkasan dana bantuan oleh AS, lembaganya seketika mengalami krisis pendanaan. Sebab bagaimanapun, AS adalah salah satu negara pendonor terbesar bagi UNRWA.

Ia mengatakan dana bantuan dari AS sebenarnya sangat dibutuhkan oleh warga Palestina, khsususnya mereka yang tinggal di Gaza.  Bantuan makanan darurat untuk 1 juta warga Palestina di Gaza diperkirakan akan habis pada bulan ini.

"Jadi, jika Anda tiba-tiba tidak memiliki kepastian tentang jumlah bantuan makanan yang berasal dari PBB untuk 1 juta orang, Anda dapat bayangkan jenis efek yang akan terjadi," kata Krahenbuhl.

Negara-negara Teluk, termasuk Kanada dan Norwegia, telah menyiapkan dana sebesar 200 juta dolar AS untuk UNRWA. Namun UNRWA membutuhkan dana sebesar 465 juta dolar untuk program kemanusiaan pada 2018. Artinya mereka masih membutuhkan suntikan dana sebesar 200 juta dolar AS.

Menurut Krahenbuhl, kekurangan dalam pendanaan tidak hanya mengancam bantuan pangan bagi warga dan pengungsi Palestina, tetapi juga pendidikan anak-anak mereka.

Bila pendanaan tak mencukupi, program sekolah untuk anak-anak Palestina pada Agustus dan September terancam terhenti. UNRWA diketahui memiliki sekitar 700 sekolah yang mendidik 25 ribu anak-anak Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement