Selasa 18 Sep 2018 08:58 WIB

Ledakan Keras Terdengar di Industri Teknis Suriah

Jet Israel ditengarai berada di balik ledakan tersebut.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Jet tempur F-15 milik Israel
Jet tempur F-15 milik Israel

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sebuah ledakan keras terdengar di provinsi pesisir Suriah, Latakia pada Senin (17/9) malam. Menurut media pemerintah Suriah ledakan itu merupakan serangan Israel terhadap  perusahaan industri teknis milik negara. Akibat serangan ini  10 orang terluka.

Televisi Al-Ikhbariya yang dikelola  pemerintah melaporkan ledakan terus terdengar selama hampir setengah jam. Media itu menayangkan sebuah rekaman yang menunjukkan cahaya ledakan di langit Suriah.  Seorang pejabat militer mengatakan, pertahanan udara Suriah mencegat beberapa rudal menuju ibu kota provinsi Latakia dari laut.

Dua orang korban luka masih dirawat di rumah sakit dan sisanya diizinkan pulang setelah memperoleh perawatan.

Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia yang awalnya melaporkan ledakan itu, juga melaporkan 10 orang terluka. Kelompok tersebut mengatakan  emua korban adalah tentara dan beberapa orang dalam kondisi kritis.

Baca juga, Serangan Israel Picu Reaksi Pertahanan Udara Suriah.

Menurut kelompok pengawas itu Israel tampaknya menargetkan depot amunisi yang ada di kompleks Institut Negara untuk Industri Teknis. Namun masih belum jelas apakah depot itu milik pasukan Iran atau Suriah.

Serangan ini menyusul serangan serupa di Bandara Internasional Damaskus Sabtu malam. Israel juga disalahkan atas serangan itu.  Pertahanan udara Suriah berhasil mencegat beberapa rudal yang datang dari laut.

Serangan lain dilaporkan pada 4 September yang menargetkan lokasi di daerah pesisir Tartus dan di provinsi Hama. Observatorium meyakini serangan itu ditujukan untuk pos militer Iran.

Israel secara luas diyakini berada di belakang serangkaian serangan udara terutama menargetkan pasukan Iran dan Hizbullah di Suriah.

Israel jarang mengakui serangan di  Suriah. Tetapi otoritas Zionis itu mengaku akan menggunakan tindakan militer untuk mencegah transfer senjata ke musuh-musuhnya. Awal bulan ini, seorang pejabat militer Israel mengatakan, Israel telah menyerang lebih dari 200 sasaran Iran di Suriah selama 18 bulan terakhir.

Para pejabat AS dan Israel mengatakan  Iran dan Hizbullah harus mengakhiri kehadiran  mereka di Suriah. Israel  tidak akan menoleransi kehadiran Iran yang terus tumbuh di Suriah.

Serangan Senin terjadi beberapa jam setelah Rusia dan Turki mengumumkan perjanjian yang secara efektif mencegah serangan pemerintah Suriah terhadap Idlib, daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah barat laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement