Ahad 30 Sep 2018 17:46 WIB

Pasukan Pemberontak Mulai Meninggalkan Idlib

Turki dan Rusia sudah membuat perjanjian zona demiliterisasi di Idlib

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Nidia Zuraya
Serangan udara dilancarkan di sekitar Idlib Suriah
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Serangan udara dilancarkan di sekitar Idlib Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Lembaga Non-Pemerintah Observatorium Hak Asasi Manusia di Suriah (SOHR) menyatakan  kelompok pemberontak Failaq al-Shan sudah mulai menarik pasukan mereka dari Idlib, Suriah. Di satu-satunya wilayah yang masih dikuasai pemberontak tersebut kelompok militan bersenjata juga sudah menarik persenjataan berat mereka dari sana.

Kepala perwakilan SOHR di London Rami Abdulrahman mengatakan penarikan pasukan ini setelah ada perjanjian gencatan senjata yang didorong oleh perjanjian demiliterisasi dua negara sekutu pemerintah Bashar al-Assad, yakni Rusia dan Turki. Kedua negara tersebut membantu pemerintah Assad memberantas teroris di Suriah.

"Kelompok (pemberontak) sudah menarik pasukan dan persenjataan berat di perkumpulan kecil di sebelah selatan pinggiran Aleppo, yang berdekatan dengan Provinsi Idlib, yang masih masuk bagian daerah demiliterisasi," kata Abdulrahamn, Ahad (30/9).

Daerah demiliterisasi ini akan memiliki sejauh 15 sampai 20 km dari garis zona pertempuran antara pemberontak dengan pasukan pemerintah. Wilayah demileterisasi ini akan diawasi oleh pasukan Turki dan Rusia.

Pada pertengahan bulan September lalu Turki dan Rusia sudah membuat perjanjian zona demiliterisasi di Idlib. Perjanjian ini meminta pemberontak untuk menarik pasukan mereka pada pertengahan Oktober.

Pasukan pemberontak terbesar di Suriah saat ini, Tahrir al-Sham belum mengumumkan keputusan mereka untuk menyetujui perjanjian tersebut. Sementara Failaq al-Sham yang menjadi kelompok pemberontak ketiga terbesar sudah menarik pasukan mereka.

Pasukan Turki dan Rusia akan berpatroli di Idlib. Lebih dari tiga juta orang yang tinggal di Idlib, setengahnya sudah mengungsi karena perang yang berlangsung di sana.  Pekan lalu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan kesepakatan Rusia dan Turki memberlakukan demiliterisasi Idlib, Suriah sebagai langkah yang diperlukan. 

Menurut Lavrov langkah ini diperlukan untuk menurunkan tensi ketegangan di Idlib. Mencegah penembakan terhadap pasukan Suriah dan pangkalan militer Rusia di Hymeymim.

Lavrov mengatakan Kelompok teroris Nusra harus meninggalkan zona demiliterisasi pada pertengahan Oktober. "Seluruh senjata berat harus disingkirkan dari sana," tambah Lavrov.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement