Ahad 16 Oct 2016 09:51 WIB

Antisipasi Eskalasi Konflik Yaman dan Suriah, WNI Diimbau Waspada

Seorang pegawai berjalan di dalam pabrik makanan ringan yang hancur dihantam serangan udara koalisi Arab Saudi di Sanaa, Yaman, Selasa, 9 Agustus 2016.
Foto: Reuters/Khaled Abdullah
Seorang pegawai berjalan di dalam pabrik makanan ringan yang hancur dihantam serangan udara koalisi Arab Saudi di Sanaa, Yaman, Selasa, 9 Agustus 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Duta Besar RI untuk Qatar, Marsekal Madya TNI (Purn) Muhamad Basri Sidehabi, mengimbau WNI tetap tenang dan menjalankan aktivitas sehari-hari dengan meningkatkan kewaspadaan.

Imbauin ini disampaikan menyusul memanasnya situasi keamanan di Yaman dan di Suriah yang berdampak terhadap kondisi keamanan di kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini. 

Adanya berbagai teror dan serangan yang menggunakan rudal balistik yang ditujukan ke Kota Khamis Musheit dan Jizan di Arab Saudi menimbulkan kekawatiran kemungkinan terjadinya eskalasi kondisi keamanan di kawasan, khususnya Qatar, yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi. 

Basri mengatakan, selain berkoordinasi dengan pihak keamanan, KBRI berkerjasama dengan Tim Tanggap Darurat dan Satgas KBRI Doha  memantau perkembangan dan potensi situasi memburuk.    

Berdasarkan pemantauan, situasi di Qatar pada umumnya berjalan normal, namun terdapat beberapa penjagaan khususnya kawasan yang dianggap vital seperti pusat pemerintahan, tempat-tempat ibadah,  bandara, stasiun, terminal bis, fasilitas publik serta pusat perbelanjaan yang biasanya ramai dikunjungi masyarakat.

KBRI, ungkap Basri, sedang menyiapkan langkah antisipasi dan simulasi. Diantaranya bersama Satgas Tanggap Darurat di Kota Messaid untuk melindungi WNI dan aset Pemerintah RI di Qatar di Messaid pada 15 Oktober 2016.

Mantan anggota DPR ini mengatakan, persiapan yang dilakukan KBRI dilakukan mengingat besarnya jumlah WNI di Qatar. Berdasarkan informasi International Organisation for Migration (IOM) jumlah WNI pada  2015 sekitar 43 ribu. 

WNI tersebut tersebar di seluruh Qatar, terutama di Al Khor, Dukhan, Umm Said, Al Shamal, Doha dan daerah di sekitarnya. 

Dia mengisahkan  bagaimana peliknya proses evakuasi WNI seperti ketika terjadi konflik di Yaman dan Libya yang hanya berjumlah ribuan.  

Evakuasi WNI di Yaman merupakan evakuasi terbesar dalam sejarah Indonesia. 

“Bagaimana jika itu terjadi di Qatar dengan jumlah 40 ribuan WNI,” papar mantan Pilot F-16 pertama Indonesia itu dalam keterangan persnya kepada Republika.co.id di Jakarta, Ahad (16/10). 

Koordinator Tanggap Darurat Komunitas Indonesia di Kota Messaid, Febi Ardiyansah, menyambut baik upaya antisipasi guna menghadapi kondisi darurat agar para WNI lebih waspada dan mengerti garis komando.

 "Sinergi ormas dengan KBRI berdampak positif guna meredakan ketegangan yang dialami para WNI dalam menyikapi kondisi keamanan di Timur Tengah akhir akhir ini." ujar Febi yang bekerja pada Qatar Petrochemical Company (Qapco) dan bermukim satu dekade di Messaid. 

Menurut Kuasa Usaha Ad-interim KBRI Doha, Boy Dharmawan, KBRI melakukan  koordinasi dan kerjasama dengan wakil-wakil  dari 51 organisasi masyarakat di Qatar dalam membuat contingency plan.   

“Kebijakan tersebut merupakan langkah antisipasi kondisi darurat guna melindungi WNI dan aset Pemerintah RI di Qatar,” papar Pejabat Pelaksana Fungsi Politik ini.  

Dia menambahkan KBRI menggunakan dua pendekatan skenario yaitu Skenario Alpha dan Skenario Bravo. Skenario  Alpha jika terjadi konflik negara tetangga Qatar, sedangkan yang kedua, jika terjadi di Qatar.

Guna memaksimalkan pelayanan masyarakat, KBRI secara simultan membuka pelayanan Warung Kekonsuleran guna melayani  WNI di kota Messaid, sekitar 40 km dari Ibukota Qatar, Doha.  

Pelayanan disesuaikan dengan kegiatan masyarakat dan diselenggarakan pada akhir pekan agar memudahkan bagi komunitas Indonesia yang tidak bisa hadir di KBRI pada hari kerja.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement