REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf meminta maaf atas kekerasan yang dilakukan tentara terhadap demonstran di Kairo akhir pekan lalu dan berjanji akan melakukan penyelidikan.
"Menanggapi tuntutan rakyat untuk mengetahui fakta-fakta yang terjadi di Tahrir Square saat fajar pada hari Sabtu, saya telah meminta menteri kehakiman untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan ke arah itu," kata Sharaf dalam pidato yang disiarkan di televisi Mesir, MENA, Senin (11/4).
"Kita semua, rakyat, tentara dan pemerintah, merasa menyesal atas kejadian Sabtu lalu," ia menambahkan.
Militer Mesir mendapatkan dukungan luas sejak pemberontakan terhadap Hosni Mubarak, presiden terguling, namun keluhan terhadap mereka yang juga terus berkembang.
Jumat pekan lalu, ribuan demonstran berkumpul di Tahrir Square, melakukan aksi massa terbesar sejak Mubarak digulingkan. Sejumlah pengunjuk rasa tetap bertahan hingga tengah malam sambil melindungi tujuh perwira militer yang turut bergabung dengan mereka.
Tentara dan pasukan keamanan menyerbu Tahrir Square pada Sabtu pagi untuk membubarkan protes, yang menewaskan seorang demonstran dan melukai 71 lainnya. Tentara dan polisi menggunakan tameng dan pentungan untuk mencoba mengusir demonstran.
Terkait dengan pernyataan Mubarak, Ahad (10/4), bahwa ia dan keluarganya tidak bersalah dalam kasus korupsi, Sharaf mengatakan tidak ada orang yang berada di atas hukum. “Proses hukum akan terus berjalan,” tegasnya.