Sabtu 04 Jun 2011 06:36 WIB

Serangan di Istana Presiden Yaman, Imam Masjid Tewas

Demonstran Yaman
Demonstran Yaman

REPUBLIKA.CO.ID,SANAA--Serangan yang ditujukan pada Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh di sebuah masjid yang berada di dalam kompleks instana kepresidenan menewaskan seorang imam dan tiga pengawal presiden, kata kantor berita Yaman Saba, Jumat. Saleh, yang berkuasa selama hampir 33 tahun dan kini menghadapi protes menentang pemerintahannya yang berisiko berubah menjadi perang saudara, tidak terluka dalam serangan itu, kata seorang diplomat Barat kepada Reuters sebelumnya.

Saba melaporkan, sebuah bom mendarat di bagian depan masjid di dalam istana kepresidenan dimana Saleh dan para pejabat tinggi pemerintah berada. Satu sumber kantor kepresidenan mengatakan bahwa beberapa pejabat terluka namun tidak bisa menyebutkan jumlahnya atau nama mereka. "Serangan pengecut dengan proyektil peledak dilakukan selama sholat Jumat di masjid istana kepresidenan dimana Presiden Ali Abdullah Saleh dan para pejabat tinggi pemerintah berada," kata kantor berita itu.

"Yang Mulia Presiden dalam keadaan baik dan sehat, segala puji bagi Allah," katanya. Di Washington, Gedung Putih mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengutuk kekerasan terakhir di Yaman, termasuk serangan terhadap istana presiden.  "AS mengutuk keras aksi kekerasan tak berperikemanusiaan hari ini di Yaman, termasuk serangan terhadap kompleks istana kepresidenan di Sanaa dan serangan-serangan lain di seluruh negeri," kata Gedung Putih dalam pernyataan itu.

"Kami mendesak semua pihak menghentikan permusuhan segera dan mengupayakan proses pengalihan kekuasaan politik yang tertib dan damai seperti yang ditetapkan dalam perjanjian yang ditengahi GCC," kata Gedung Putih, menunjuk pada Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Perjanjian itu menetapkan Saleh meninggalkan kekuasaan dalam waktu 30 hari, dan sebagai imbalannya, ia akan memperoleh kekebalan dari penuntutan.

Bentrokan-bentrokan mematikan antara orang suku oposisi dan pasukan Saleh mengguncang Sanaa, menewaskan lebih dari 60 orang sejak Selasa. Kelompok suku yang setia pada pemimpin oposisi kuat Sheikh Sadiq al-Ahmar terlibat dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah di Sanaa setelah Saleh menolak menandatangani perjanjian transisi yang ditengahi negara-negara Teluk itu. Pihak oposisi telah menandatangani perjanjian tersebut.

Saleh, yang telah berkuasa lebih dari tiga dasawarsa, menghadapi protes sejak Januari untuk menuntut pengunduran dirinya, yang disambut dengan tindakan keras aparat keamanan. Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan ratusan orang.

Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al-Qaeda, kehilangan dukungan AS. Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.

Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden, kata laporan itu. Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaeda akan menimbulkan "ancaman nyata" bagi AS.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP). Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal. AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia. Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.

sumber : antara/AFP/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement