REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Ketua Organisasi HAM Mesir (EOHR), Hafez Abou Se'da, mengatakan organisasinya telah membentuk komite pencari fakta untuk menyelidiki peristiwa Tahrir Square. Demikian dilaporkan kantor berita Mesir, MENA, Kamis (30/6).
Bentrok antara warga dan polisi—yang ditengarai dipimpin oleh para keluarga korban yang tewas Revolusi 25 Januari—meletus di Agouza, distrik di Giza pada Selasa (28/6) malam. Keluarga yang marah ini kemudian bergerak ke Tahrir Square, menciptakan kekacauan yang menungundang intervensi polisi.
"Aparat menembakkan gas air mata pada kerumunan orang-orang yang marah dan melemparkan batu ke arah polisi. Lebih dari seribu orang terluka dari kedua belah pihak," kata Departemen Kesehatan Mesir dalam sebuah pernyataan.
Abou Se'da mengatakan, kepercayaan warga terhadap polisi belum sepenuhnya pulih, kini sudah ternoda lagi dengan gangguan-gangguan keamanan yang berdampak buruk bagi Mesir. "Hendaknya Kementerian Dalam Negeri mengendalikan diri dan mencoba mengembalikan keamanan di jalan-jalan Mesir," kata Seda.
Menurut Se'da, publik merasa frustrasi dengan lambannya proses hukum dan peradilan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pembunuhan para demonstran dalam Revolusi 25 Januari.
Namun beberapa pengamat politik mengatakan, ketegangan ini meletus setelah jatuhnya putusan pembubaran dewan lokal beberapa waktu sebelumnya. Dewan ini memiliki sejumlah orang yang setia pada rezim Mubarak yang terguling.