Rabu 20 Jul 2011 06:10 WIB

Oposisi Yaman akan Bentuk Dewan untuk Jatuhkan Presiden

REPUBLIKA.CO.ID,SANAA--Koalisi oposisi utama Yaman mengatakan, Selasa, mereka akan membentuk "Dewan Nasional untuk Kekuatan Revolusi" guna memimpin upaya untuk menjatuhkan Presiden Ali Abdullah Saleh dan mengakhiri berbulan-bulan kekerasan. Partai-partai Pertemuan Bersama (JMP) membuat keputusan itu hanya beberapa hari setelah kelompok pemuda dan aktivis yang berada di garis terdepan dalam enam bulan demonstrasi pro-demokrasi membentuk "dewan transisi" mereka sendiri yang memiliki 17 anggota, dalam upaya untuk memaksa turun Saleh.

Pembentukan dua dewan sementara itu dapat memecah lagi oposisi Yaman di negara Semenanjung Arab tempat Saleh, yang selamat dari serangan bom Juni, mempertahankan 30 tahun kekuasaan.Revolusi rakyat terhadap Saleh yang berusia 69 tahun mulai pada Januari dan perang antara pasukan pemerintah dan pendukung oposisi terjadi di sejumlah bagian negara itu, termasuk di ibu kota Sanaa.

Kerusuhan di Yaman itu disaksikan dengan dekat oleh negara-negara besar dunia karena negara itu berbatasan dengan pengekspor minyak terbesar dunia, Arab Saudi. Mohammed al-Sabri, seorang juru bicara JMP, mengatakan anggota dewan nasional itu akan diumumkan dalam dua pekan. "Itu akan menjadi kerangka kerja bagi semua partai politik ... Tujuannya adalah untuk mencapai tujuan revolusi dan menggulingkan sisa rezim ini," katanya.

Banyak demonstran jalanan berhati-hati pada JMP, yang pernah menjadi bagian dari pemerintah Saleh. "Dewan mereka tidak menambah apapun yang baru pada kami," kata Abdulah Mohammed, seorang aktivis di Sanaa.

Puluhan ribu demonstran di Yaman, yang telah berkemah selama beberapa bulan untuk minta pengunduran diri Saleh, telah makin frustrasi karena ketidakmampuan mereka untuk menggesernya.

AS dan Arab Saudi, keduanya sasaran serangan gagal oleh Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) yang bermarkas di Yaman, telah berusaha untuk mengurangi kerusuhan dengan mendesak Saleh untuk menerima rencana pengalihan kekuasaan yang diajukan oleh negara-negara Arab Teluk.

Saleh, yang berada di Saudi untuk perawatan karena luka bakar berat yang ia derita dalam serangan Juni, telah membatalkan penandatangan rencana itu tiga kali dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa kota di provinsi Abyan di Yaman selatan telah direbut oleh militan yang militer katakan terkait dengan Al Qaida.

Militer, yang didukung oleh anggota suku bersenjata, sejauh ini telah gagal dalam operasi empat hari untuk merebut kembali ibu kota Abyan, Zinjibar. Saleh telah berjanji untuk pulang ke Yaman guna memimpin dialog dengan oposisi dan mengawasi transisi, rencana yang para pengkritik katakan sebagai taktik pengelakan.

 

sumber : antara/reuters

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement