Senin 30 Jul 2012 05:35 WIB

Ssst, Tokoh Oposisi Suriah Ikutan Kursus, Untuk Apa?

Sejumlah aktivis oposisi Suriah dalam persembunyian dengan amunisi laptop dan gadget untuk menyebar informasi ke penjuru dunia
Foto: CNN
Sejumlah aktivis oposisi Suriah dalam persembunyian dengan amunisi laptop dan gadget untuk menyebar informasi ke penjuru dunia

REPUBLIKA.CO.ID, Para tokoh oposisi Suriah telah melalui program kursus singkat di Berlin untuk mengatur sebuah negara. Program kursus itu disponsori oleh Departemen Luar Negeri AS, dan dimaksudkan agar mereka dapat langsung mengendalikan pemerintahanan setelah Bashar al-Assad jatuh.

Kelompok ini terdiri dari lebih dari 40 orang, termasuk para jenderal pembangkang dan anggota Ikhwanul Muslimin Suriah. Mereka belajar praktik ekonomi, hukum, keamanan dan berbagai sektor lain dalam pemerintahan, yang akan diperlukan di masa transisi.

Penasihat senior di US Institute of Peace, Steven Heydemann mengatakan kepada ABC, "Kami menciptakan sebuah kerangka kerja yang pada dasarnya memungkinkan para peserta Suriah untuk fokus pada jenis-jenis tantangan yang akan muncul dalam proses transisi di sektor-sektor tersebut."

Termasuk dalam program kursus tersebut, kunjungan ke pejabat Jerman yang bertanggung jawab menangani berkas-berkas Stasi. Sebuah instansi kepolisian intelijen era Soviet yang dibubarkan dan sejumlah pejabatnya dihukum setelah penyatuan kembali Jerman. Pengalaman ini mungkin berguna untuk para pemberontak Suriah dalam berususan dengan berbagai jaringan dinas rahasia yang saat ini sudah ada di Suriah.

Baik Amerika maupun pemerintah Jerman terlibat secara langsung dalam program rahasia yang disebut "The Day Thereafter" Setelah itu: dukungan untuk transisi demokrasi di Suriah". Pemerintah Jerman, terus diberi informasi mengenai hal ini dan memberikan dukungan logistik, sementara Amerika mendanai kursus tersebut melalui departemen luar negerinya.

Para pendukung lain dari program tersebut adalah US Institute of Peace, Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan, Kementerian Luar Negeri Swiss dan Belanda, serta berbagai LSM Norwegia.

Pihak penyelenggara menekankan bahwa upaya mereka "bukan untuk menggulingkan pemerintah Assad, melainkan antisipasi jika hal itu terjadi."

Sebelumnya sejumlah pejabat pemerintah Amerika dan Eropa mengatakan Presiden Bashar al-Assad tidak punya tempat di masa depan Suriah dan harus mundur.

sumber : IRIB/IRNA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement