REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Badai Sandy yang melanda Amerika Serikat (AS) secara masif menyebabkan pasar saham AS terpaksa ditutup selama dua hari. Cuaca buruk ini untuk pertama kalinya menyebabkan bursa AS berhenti bertransaksi selama 30 tahun terakhir.
Transaksi dan kompleks perkantoran New York Stock Exchange (NYSE) dan Nasdaq Senin (29/10) lalu ditutup. The Federal Reserve Bank AS juga mengumumkan penutupan hari kedua pada Selasa (30/10) ini.
"Beberapa transaksi surat utang negara (SUN) dan obligasi pemerintah harus dijadwalkan ulang," kata Kepala Eksekutif NYSE, Duncan Niederauer, seperti dilansir BBC, Selasa (30/10).
Seperti diketahui, wilayah sekitar NYSE merupakan pusat perkantoran bank-bank terbesar di dunia. Lokasinya berdekatan dengan tepi laut sekitar Manhattan yang merupakan pusat utama aktivitas Badai Sandy.
Badai Sandy juga akan menunda koreksi data pekerjaan bulanan AS yang rencananya akan diumumkan Jumat (2/11) pekan ini. Analis memproyeksikan Badai Sandy memberikan efek negatif berupa koreksi terhadap data perdagangan AS yang awalnya diperkirakan meningkat di atas 0,8 persen dari posisi Agustus 2012. Pasalnya, aktivitas perekonomian di AS ikut terhenti.
Beberapa distrik finansial di New York masuk dalam zona evakuasi. Bank-bank besar seperti Goldman Sachs dan Citigroup telah meliburkan karyawannya. "Sejauh ini, kami terus berusaha menjamin keberlangsungan operasi perbankan untuk melayani klien kami," kata salah satu perwakilan Citigroup.
Transportasi kereta bawah tanah, bus, jembatan, serta terowongan jalan ke Manhattan telah ditutup. Penutupan sejumlah sistem transportasi di New York menyebabkan karyawan tak bisa berangkat bekerja.
Kejadian serupa dengan saat ini pernah terjadi pada 1985. Saat itu bursa saham AS terpaksa ditutup karena peristiwa Badai Gloria.