REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa kawasan AS yang terimbas Badai Sandy diprediksi tak akan menggelar pemilihan umum presiden pada 6 November mendatang. Padamnya listrik, banjir dan angin kencang tak memungkinkan kawasan bencana tersebut menghelat pesta demokrasi tersebut.
Atase Pers Kedutaan Besar AS di Indonesia, Troy Pederson, mengatakan beberapa wilayah terutama di pantai timur AS menghadapi bencana yang dahsyat. Meskipun Badai Sandy telah lewat, angin kencang masih melanda kawasan tersebut dengan kecepatan 100 kilometer per jam.
Troy tak yakin pemilu dapat dihelat dalam kondisi tersebut. Namun dia juga optimis beberapa hari kedepan kondisi akan membaik.
"Sekarang sudah tidak ada badai, tetapi ada angin kencang. Listrik tidak ada dan banjir. Tapi kita lihat ke depan, kan pemilu masih beberapa hari lagi," ujarnya usai acara diskusi tentang debat capres AS yang digelar Kedutaan di AtAmerica, Selasa (30/10) malam.
Sebelumnya Presiden AS, Barack Obama, berharap Badai Sandy tidak berdampak pada pemungutan suara. Meskipun demikian, Obama mengusulkan adanya pemeriksaan lebih lanjut terkait ganguan tersebut. "Kami tidak mengantisipasi hal itu, tapi kami jelas akan melihat permasalahan tersebut," ujar Obama, Ahad.
Reuters sebelumnya memberitakan baik Obama maupun maupun pesaingnya, Mitt Romney, telah membatalkan kampanye di kawasan Virginia. Pihak Romney beralih ke Ohio, sedangkan Obama dikabarkan tengah fokus mengantisipasi badai ketimbang kampanye.
Badai melanda kawasan padat penduduk di pantai timur AS. Sebelumnya, badai yang sama menghantam Karibia dan menewaskan sedikitnya 41 warga.
Badai akhir musim di kawasan Atlantik tersebut dinilai berbeda tahun ini. Pengamat menyebut badai tersebut sebagai 'Frankenstrom' karena tak hanya berupa badai tropis, namun juga berupa badai musim dingin yang melanda Pasifik secara bersamaan.