Jumat 02 Nov 2012 10:13 WIB

Toko Kecil di New York Berjuang Hidup Usai Badai

  Sejumlah warga berbelanja di toko yang buka dalam suasana yang gelap akibat terputusnya aliran listrik di New York, Rabu (31/10).      (Tina Fineberg/AP)
Sejumlah warga berbelanja di toko yang buka dalam suasana yang gelap akibat terputusnya aliran listrik di New York, Rabu (31/10). (Tina Fineberg/AP)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Sambil memompa air ke luar lantai bawah bangunan dan mengeluarkan makanan yang rusak dari kulkas, pemilik restoran dan toko, Kamis (1/11), bertanya-tanya kapan listrik akan menyala lagi. Lebih penting dari itu adalah bagaimana mereka bisa bangkit dari kerusakan akibat Badai Sandy.

Ribuan pengusaha kecil tak memperoleh listrik sejak badai menerjang New York City pada Senin (29/10). Menurut pemerintah mereka bisa menghadapi kemungkinan kegelapan setidaknya sampai akhir pekan, malah lebih lama lagi.

Sementara itu mengenai pertanyaan lebih besar mengenai kelangsungan hidup, banyak dari putus asa mengenai pilihan yang mereka hadapi. Wali Kota Michael Bloomberg telah mengatakan pengusaha kecil dan menengah akan bisa mengajukan permohonan pinjaman darurat sampai 10.000 dolar AS guna membantu mereka memulihkan usaha akibat bencana tersebut.

Kerusakan akibat Badai Sandy, yang menerjang seluruh permukiman itu dengan banjir dan angin berbahaya, bukan sekedar menyapu bersih keuntungan setahun, kata Laura Tribuno, pemilik bersama Edi and the Wolf, restoran bertema Austria di Avenue C, Manhattan, yang dikenal dengan nama Aphabet City.

Biaya untuk mengganti perlengkapan dan barang dagangan akan berjumlah sebanyak 80.000 dolar AS dan dapat diperlukan waktu berpekan-pekan sebelum pelanggan balik lagi, kata Laura Tribuno sebagaimana dilaporkan Reuters.

"Saya sebenarnya berharap setidak ada pengurangan besar pembayaran pajak," katanya.

Saat ia berbicara, para pekerja dengan mengenakan sepatu boot mengeluarkan krat plastik yang berisi air yang berbau tak sedap dan perlengkapan lemari es yang rusak. Dalam ruang makan yang dingin dan gelap, staf dan teman membersihkan lantai, menyapu furnitur dan menumpuk krat botol anggur.

Sementara di i blok sebelah, Monica Pedreros, yang memiliki toko yang berusia beberapa dasawarsa dan menjual perangkat keras bersama suaminya, mengatakan khawatir perusahaan asuransi tidak mencakup banjir dan tawaran Bloomberg mengenai pinjaman darurat tak memenuhi kebutuhan mereka.

"Buat kami, itu kelihatannya tak banyak membantu," kata perempuan pedagang tersebut. "Kami tak mau terperosok ke dalam utang lagi sebab kami telah menderita banyak kerugian."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement