REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI--Menyangkut sikap terhadap Iran, Barack Obama dinilai sebagai presiden AS yang membuka peluang bernegosiasi dengan Iran. Asosiasi Carnegie Endowment untuk perdamaian internasional di Washington, Karim Sadjadpour Obama merupakan presiden yang sulit bersikap keras terhadap Iran.
Media khusus liputan Iran, EA Worldview mengabarkan, terdapat indikasi bahwa kepemimpinan Iran memandang kepemimpinan Obama di masa jabatan kedua bakal lebih baik dari kandidat presiden pesaingnya Mitt Romney.
Mereka memandang Romney lebih cenderung menghelat kerjasama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melancarkan serangan terhadap Iran.
Sementara Pemimpin Iran mengetahui Obama telah menahan Israel kembali meluncurkan serangan militer.
Di lain sisi, Israel menghadapi masalah terhadap hubungan baik AS dan Iran. AS, sekutu terdekat Israel, berubah hubungan setelah Obama memimpin negara Abang Sam tersebut.
Netanyahu dan Obama bersikap dingin selama empat tahun terakhir. Dalam sambutan Netanyahu menyikapi kemenangan Obama, ia mengatakan akan terus bekerjasama.
Namun Netanyahu tak memberi komentar terkait keretakan hubungan dengan AS, terutama rencana serangan Israel terhadap Iran. "Saya akan bekerjasama dengan Presiden Obama untuk menjamin kepentingan vital keamanan warga Israel," tuturnya.
Sebelumnya, Netanyahu bertemu dengan Presiden Perancis Francois Hollande untuk membicarakan nuklir Iran. Pemerintah Perancis pun mengancam sanksi baru jika Iran tak menjelaskan program nuklirnya.
"Ini adalah ancaman yang tidak dapat diterima oleh Perancis," kata Hollande. Netanyahu pun memuji sikap Hollande tersebut. Netanhayu bahkan mengatakan siap melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Dia memastikan Iran tak akan pernah memiliki bom atom.